Siapa bintang terbesar di akhir tahun lalu? Kalau pertanyaan itu datang padaku, maka jawabannya adalah Rindu. Ya rindu. Rindu adalah bintang yang memukau dan mampu membuat kita terus berharap, bahkan lebih dari itu dia juga menghadirkan kepiluan. Tangis yang tak terjawab dan mungkin tanpa alasan (bagi orang lain yang melihatnya). Karena memang rindu identik dengan peran-peran kesedihan, seperti bintang lain yang identik dengan peran antagonis. Rindu juga terlalu piawai bermain disitu, memandu para penggemarnya untuk terus berharap dan tanpa sadar sebagian dari mereka kemudian menangis. Aneh sekali.
Sedikit cerita tentang rindu. Yang ku tahu rindu adalah anak tunggal cinta dan kasih sayang. Kakeknya adalah pertemuan. Namun rindu sangatlah berbeda dengan kakeknya apalagi dengan orang tuanya. Kakeknya, yang juga seorang bintang pada masanya, mampu memainkan berbagai peran. Sekalipun peran itu adalah peran ketidaksengajaan, tanpa skenario. Pada kenyataannya memang adegan tanpa skenario itulah ciri khas pertemuan. Peran itu justru mampu menghadirkan berbagai kesan bagi penggemarnya. Kemarahan, keceriaan dan kesan-kesan pertama lain yang nantinya mampu mengubah alur hidup penggemarnya. Sangat berbeda dengan rindu.
Pun bila dibandingkan dengan cinta dan kasih sayang, orang tuanya. Cinta dan kasih sayang adalah bintang pada episode-episode kebahagian. Para penggemarnya akan di bawa pada suatu tingkatan di mana hidup terasa sangat berarti bahkan sebagian dari mereka merasa memiliki dunia ini atau lebih ekstrim lagi, mereka (para penggemar cinta dan kasih sayang) menganggap sudah mencapai kenikmatan surga. Cinta dan kasih sayang akan menorehkan senyum pada wajah penggemarnya. Kalaupun ada airmata maka itu adalah air mata kebahagiaan.
Kau tahu kenapa rindu tidak mewarisi itu semua? Karena rindu tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, apalagi kakeknya. Mereka semua, bagi rindu, adalah sebuah kenangan mendalam. Rindu tidak pernah tahu bagaimana kehidupan mereka karena dia di besarkan oleh perpisahan, bintang yang masih bertalian saudara dengan kakeknya. Bintang yang selalu mengambil peran berlawanan dengan pertemuan, kakek rindu. Bintang yang selalu menghadirkan tangis. Rindu pun mengutip keahlian itu.
Satu hal yang tetap ada pada rindu sebagai suatu sifat turun temurun (pada kenyataannya mereka memang bertalian) adalah sifatnya yang tidak sombong. Rindu tidak akan pernah segan menyapa para penggemarnya, dari status sosial apapun, bahkan tukang bubur sekalipun! Seperti juga pertemuan, cinta dan kasih sayang, serta perpisahan sifat itu sangat dominan ada pada rindu. Tidak kenal ruang dan waktu.
Aku rindu kalian semua.
Finish at. 7.40. Jum’at 2 Januari 2009.
Catatan:
Ide tulisannya (pertemuan-cinta/kasih sayang-perpisahan-rindu) hadir pada 5 Oktober 2008. Sesat setelah berpisah dengan temen-temen SMA. Karena aku sadar, tahun-tahun ke depan mungkin akan sulit untuk kumpul lagi. Satu orang personil kami sudah menikah, bahkan sudah mempunyai anak. Aku membayangkan mungkin sangat menyenangkan ketika kami bertemu suatu saat nanti dengan membawa anak-anak kami. Cerita yang kami bawakan mungkin tetap sama, tapi jelas kebebasannya terbatas. Peristiwa-peristiwa setelah itu pun mengguratkan rindu dan rindu. Jadilah kini aku sedang di landa euforia kerinduan. Kerinduan pada semua hal masa lalu ku. Karena rindu takkan pernah hadir tanpa masa lalu.
Sabtu, 03 Januari 2009
Tentang Rindu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo....