Kenapa manusia yang jatuh pada kesalahan yang sama disamakan dengan hewan? Dalam hal ini, seperti keledai. Tentunya manusia dan hewan berbeda dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perbedaan mendasar itu adalah pada otaknya. Hewan di karuniakan insting, sedangkan manusia di anugerahi akal. Karena akal itulah manusia memiliki derajat yang lebih tinggi di banding hewan. Lantas, kenapa untuk kasus di atas manusia di samakan dengan hewan?
Saya masih ingat beberapa cerita tentang bagaimana insting hewan bekerja. Salah satunya ketika kuliah psikologi sosial. Cerita tentang seekor anjing yang sebelum diberi makan selalu diberi tanda dengan bunyi lonceng. Awalnya sang anjing acuh terhadap lonceng dan baru tergerak ketika makanannya terlihat. Makin lama, dia paham bahwa ketika lonceng dibunyikan maka makanan akan datang sehingga dia segera menghampirinya. Instingnya lah yang mengatakan “ini sebuah kebiasaan”. Dia akan tetap datang ketika lonceng dibunyikan walaupun ternyata makanannya tidak ada, paling tidak untuk beberapa kesempatan.
Pun dengan cerita seekor belalang yang mampu melompat setinggi 10 cm di alam bebas. kemudian ia di masukkan dalam kotak kecil yang tingginya tidak lebih dari itu. Ketika dilepaskan kembali ke alam bebas, setelah beberapa lama di kurung, tinggi lompatannya tidak kembali seperti sedia kala. Karena keterbatasan tinggi yang disediakan kotak kecil membuat belalang merubah kebiasaannya.
Dua makhluk itu telah terkekang dalam blok pemikiran yang begitu terbatas. Blok pemikiran itu adalah lonceng dan kotak kecil. Mungkin tidak pas untuk menggambarkan cara kerja insting hewan, tapi setidaknya itu adalah gambaran bagaimana hewan, yang dianugerahi insting oleh Allah, bekerja untuk mempertahankan hidup.
Apakah akal, yang ada pada manusia, bekerja seperti itu? Tentunya tidak. Karena panah sudah berubah menjadi senapan, kuda pun sudah berubah menjadi kendaraan bermesin, begitu juga cahaya obor sudah berubah menjadi aliran listrik. Bahkan keinginan untuk terbang bebas seperti burung pun sudah diterjemahkan oleh pesawat terbang. Jelasnya, akal mampu melihat keadaan dan mengeksploitasinya.
Cerita tentang akal adalah cerita tentang belajar, lalu berkembang. Belajar bisa dilakukan dari nol atau dengan kata lain kita tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Belajar pun bisa dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya, baik itu kegagalan maupun kesuksesan, dan dari sinilah perkembangan itu dimulai.
Akal bukan cuma memikirkan kebiasaan dengan semua kemudahan/kesulitannya yang membuat kita melakukan hal yang sama. Namun, akal harusnya juga mampu memikirkan tentang jalan di luar kebiasaan tersebut beserta semua resikonya. Sehingga ketika kegagalan yang kita temui pada kesempatan pertama, maka kita punya pilihan lain pada kesempatan berikutnya. Jikalau pada kesempatan pertama kesuksesan yang kita jumpai, maka kesuksesan itu bisa menjadi titik awal kesuksesan selanjutnya. Itulah berkembang. Modernitas pun muncul karena manusia tidak takluk pada kebiasaan lama dan ingin berkembang. Ilmuwan-ilmuwan hebat, yang dicatat dengan tinta emas oleh sejarah, pun hadir karena mengambil kemungkinan-kemungkinan lain di luar kebiasaan dan tentunya disertai dengan hasrat untuk berkembang.
Kembali kepada pertanyaan di atas, kenapa manusia yang jatuh pada kesalahan yang sama disamakan dengan hewan? Mungkin sudah terjawab dengan uraian di atas, bahwa kita dianugerahi akal yang dengan itu kita bisa belajar, lalu berkembang. Jatuh pada kesalahan yang sama juga mengindikasikan kita tidak belajar dan tidak mengerti/tidak tahu atau mungkin lupa bahwa hidup adalah seni memilih dan pilihan dalam hidup itu banyak sekali. Hanya sesekali saja kita dihadapkan pada dua pilihan.
Minggu 28 februari 2010. 9.42 am
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Ini sebenarnya sebuah jawaban. Pertanyaannya lewat sms dan si penanya mungkin akan bingung dengan jawaban ini. Yaaah, ga nyambung juga sih dengan yang ditanyakan.
Tapi demi Allah, saya hanya butuh waktu. Itu saja. Maaf kalau sulit dipahami
Rabu, 03 Maret 2010
Untuk Cermin Diri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo....