Laman

Kamis, 18 Maret 2010

Setelah membaca..............

bolehkah saya menerka...
walau hanya dari kata-kata......

Saya tau,
takdir tidak untuk diterka...
karena, bisa jadi kita tidak akan beranjak dari tempat semula,
hanya sibuk berandai-andai.

Tapi....
1 guratan tinta yang terbaca,
sepertinya.....

ah, sudah lah....

Minggu, 14 Maret 2010

hujan. what do you think about it? ngebayangin apa? ada kisah?

judul yang saya pake adalah pertanyaan di sebuah thread.

Ini jawabannya...


Hujan selalu menyenangkan buat ane sis.

karena pengalaman waktu kecil yang sontak saja hadir ketika hujan datang. Mandi ujan, maen perahu2an, sampe ngepel beranda rumah sambil merosot di lantainya. Ingin rasanya melakukan itu lagi.

Bukan cuma itu, buat ane hujan juga membuat nyaman suasana. entah karena tanah yang sebelumnya keras berubah menjadi lembut, karena debu yang tersikat habis ataupun karena suasana dingin yang langsung mengalir seiring lamanya hujan...


AKU Cinta Hujan...

Kamis, 04 Maret 2010

Return

Sepuluh tahun. Wooow, sudah sepuluh tahun ngga ke sini. Banyak yang berubah? Jelas banyak yang berubah. Salah satunya tempat yang ku tuju sekarang ini. Terlihat jauh lebih besar, walaupun belum rampung 100%. Mesjid At-Taqwa SMP N 3 Depok, sekolahku dulu.

Terakhir kali ke sini, 17 Agustus 1999. Lebih kurang 1 bulan setelah aku masuk SMA 1 Depok dan kalau tidak salah ingat, hari itu adalah pertama kalinya pakai seragam SMA, putih abu-abu. Umumnya kalau sekolah negeri uang masuk sudah sekalian dengan seragam sekolah dan pemberian seragam tersebut harus menunggu beberapa waktu, mungkin karena banyaknya pesanan yang harus dibuat. Ada semacam tradisi di SMP ini, biasanya alumni yang baru saja lulus akan sowan ke sekolah pas 17 Agustusan dan ketika itu, kami (aku dan beberapa kawan) pun datang untuk menggenapi tren itu.

Sebetulnya sangat banyak anak SMA 1 yang berasal dari SMP 3, tapi yang datang ketika itu hanya beberapa saja karena di SMA 1 sedang ada acara. Hmm, selepas upacara 17 Agustus ada seminar tentang narkoba. Salah satu pembicara yang tampil adalah mantan pemakai, cukup menarik. Namun sayang, kupikir akan ada yang lebih menarik di SMP 3, yang jelas-jelas tidak ada di SMA 1. Hmmmm apa ya, hehehe.

Ketika itu berpikir keras, bagaimana caranya ke SMP 3. Adanya seminar membuat siswa-siswa tidak bisa segera pulang. Keluar sih bisa, tapi tanpa membawa tas. Duuuuh, nyesel bawa tas. Akhirnya tercetus ide, manjat tembok di belakang kantin. Lupa siapa yang punya ide, pastinya ketika itu bareng sama Budi dan seorang alumni SMP 2, temen sekelasku. Oia ada beberapa cewe yang nitip tas ke kita, hmmm.

Pengorbanan yang besar, bayangkan baru 1 bulan di SMA harus cabut dengan cara manjat tembok.a Apalagi bibirku pecah lantaran salah memperkirakan tinggi tembok. Errgggghh, lumayan sakit dan darahnya cukup banyak, tapi tak apalah. Demi sebuah kebahagiaan yang tak ada di SMA ini dan itu membuatku tak terlalu menikmati masa-masa awal sekolah di SMA 1 Depok, sekolah paling favorit di kota ini.

Seberapa hebat kenangan di SMP ini? Kalau sepuluh tahun lalu mungkin cukup jelas dengan cerita di atas. Bahkan 5 tahun lalu pun masih merasa masa SMP adalah yang paling menyenangkan, lebih tepatnya, paling indah. Kini? Dengan semua yang sudah kualami, dengan melihat dari berbagai sisi (duwwh apa sih) maka urutannya sudah jauh berubah, seperti juga kondisi SMP ini yang berubah. Sekarang (sebetulnya sejak 4 tahun lalu) aku lebih memilih masa SMA adalah yang paling menyenangkan. Entah itu karena kegilaan-kegilaannya, temen-temen yang super duper lucunya, kebiasaan bola plastiknya, dan tentunya yang paling menentukan untukku, rohis dan mentoringnya. Aku jadi inget sebuah nasehat “kita jelas menginginkan mereka menjadi lebih baik, tapi kalau itu tidak tercapai sekarang, biarlah mentoring ini menjadi serpihan terbaik dalam hidup mereka”. Dan itulah serpihan terbaikku.

Masa SMP jutru aku letakkan terakhir, setelah masa kuliah dan SD. Dari pertama jadi terakhir? Yaps!!!!!!!!!!!! Okey, ada sebuah momen yang sangat manis, tapi ternyata aku juga punya 2 momen yang sangat buruk. Sangat, sangat buruk!! Kalau momen manis itu terus mengikuti sampai masa-masa selanjutnya (bahkan menjadi inisiasi), maka momen buruk itu juga belum lah pudar pada masa-masa setelah SMP. Dan 2 selalu lebih banyak dari 1, di manapun!!!

Ketika kembali ke sini (SMP 3), aku tidak ingin mengenang cerita manis itu dan juga bukan untuk mengubur cerita buruk itu. Aku Cuma ingin berbagi pada adik-adik kelas ku. Duwwwh riwehnya anak-anak kelas 7. Hohohoho, seru banget.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."

Rabu, 03 Maret 2010

Buka Mata Hati Telinga

Satu cerita tentang manusia
Coba tuk memahami arti cinta
Benarkah kah cinta di atas segalanya
Hanyakah itu satu-satunya
Yang menjadi alasan untuk menutup mata
Tak melihat dunia yang sesungguhnya
Dan menjadi jawaban atas semua tanya
Yang kita harap mampu mewujudkan semua akhir bahagia


Buka mata, hati, telinga, sesungguhnya, masih ada yang lebih penting
Dari sekedar kata cinta
Yang kau inginkan tak selalu yang kau butuhkan
Mungkin memang yang paling penting
Cobalah untuk membuka mata, hati, telinga


Adakah kau rasakan kadang hati dan pikiran
tak selalu sejalan, seperti yang kau harapkan
Tuhan tolong tunjukan apa yang kan datang
Hikmah dari semua misteri yang tak pernah terpecahkan.


Maliq & d'essentials

Sedang menikmati saat-saat di mana rindu tidak bernyanyi. Menyenangkan, sangat menyenangkan :D

Untuk Cermin Diri

Kenapa manusia yang jatuh pada kesalahan yang sama disamakan dengan hewan? Dalam hal ini, seperti keledai. Tentunya manusia dan hewan berbeda dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perbedaan mendasar itu adalah pada otaknya. Hewan di karuniakan insting, sedangkan manusia di anugerahi akal. Karena akal itulah manusia memiliki derajat yang lebih tinggi di banding hewan. Lantas, kenapa untuk kasus di atas manusia di samakan dengan hewan?

Saya masih ingat beberapa cerita tentang bagaimana insting hewan bekerja. Salah satunya ketika kuliah psikologi sosial. Cerita tentang seekor anjing yang sebelum diberi makan selalu diberi tanda dengan bunyi lonceng. Awalnya sang anjing acuh terhadap lonceng dan baru tergerak ketika makanannya terlihat. Makin lama, dia paham bahwa ketika lonceng dibunyikan maka makanan akan datang sehingga dia segera menghampirinya. Instingnya lah yang mengatakan “ini sebuah kebiasaan”. Dia akan tetap datang ketika lonceng dibunyikan walaupun ternyata makanannya tidak ada, paling tidak untuk beberapa kesempatan.

Pun dengan cerita seekor belalang yang mampu melompat setinggi 10 cm di alam bebas. kemudian ia di masukkan dalam kotak kecil yang tingginya tidak lebih dari itu. Ketika dilepaskan kembali ke alam bebas, setelah beberapa lama di kurung, tinggi lompatannya tidak kembali seperti sedia kala. Karena keterbatasan tinggi yang disediakan kotak kecil membuat belalang merubah kebiasaannya.

Dua makhluk itu telah terkekang dalam blok pemikiran yang begitu terbatas. Blok pemikiran itu adalah lonceng dan kotak kecil. Mungkin tidak pas untuk menggambarkan cara kerja insting hewan, tapi setidaknya itu adalah gambaran bagaimana hewan, yang dianugerahi insting oleh Allah, bekerja untuk mempertahankan hidup.
Apakah akal, yang ada pada manusia, bekerja seperti itu? Tentunya tidak. Karena panah sudah berubah menjadi senapan, kuda pun sudah berubah menjadi kendaraan bermesin, begitu juga cahaya obor sudah berubah menjadi aliran listrik. Bahkan keinginan untuk terbang bebas seperti burung pun sudah diterjemahkan oleh pesawat terbang. Jelasnya, akal mampu melihat keadaan dan mengeksploitasinya.

Cerita tentang akal adalah cerita tentang belajar, lalu berkembang. Belajar bisa dilakukan dari nol atau dengan kata lain kita tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Belajar pun bisa dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya, baik itu kegagalan maupun kesuksesan, dan dari sinilah perkembangan itu dimulai.

Akal bukan cuma memikirkan kebiasaan dengan semua kemudahan/kesulitannya yang membuat kita melakukan hal yang sama. Namun, akal harusnya juga mampu memikirkan tentang jalan di luar kebiasaan tersebut beserta semua resikonya. Sehingga ketika kegagalan yang kita temui pada kesempatan pertama, maka kita punya pilihan lain pada kesempatan berikutnya. Jikalau pada kesempatan pertama kesuksesan yang kita jumpai, maka kesuksesan itu bisa menjadi titik awal kesuksesan selanjutnya. Itulah berkembang. Modernitas pun muncul karena manusia tidak takluk pada kebiasaan lama dan ingin berkembang. Ilmuwan-ilmuwan hebat, yang dicatat dengan tinta emas oleh sejarah, pun hadir karena mengambil kemungkinan-kemungkinan lain di luar kebiasaan dan tentunya disertai dengan hasrat untuk berkembang.

Kembali kepada pertanyaan di atas, kenapa manusia yang jatuh pada kesalahan yang sama disamakan dengan hewan? Mungkin sudah terjawab dengan uraian di atas, bahwa kita dianugerahi akal yang dengan itu kita bisa belajar, lalu berkembang. Jatuh pada kesalahan yang sama juga mengindikasikan kita tidak belajar dan tidak mengerti/tidak tahu atau mungkin lupa bahwa hidup adalah seni memilih dan pilihan dalam hidup itu banyak sekali. Hanya sesekali saja kita dihadapkan pada dua pilihan.

Minggu 28 februari 2010. 9.42 am


=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

Ini sebenarnya sebuah jawaban. Pertanyaannya lewat sms dan si penanya mungkin akan bingung dengan jawaban ini. Yaaah, ga nyambung juga sih dengan yang ditanyakan.

Tapi demi Allah, saya hanya butuh waktu. Itu saja. Maaf kalau sulit dipahami