Laman

Selasa, 31 Juli 2012

!?!?!?!?

Segurat kata tak diberi makna,
Tak mungkin untuk tak timbul berjuta tanya,
Apakah ada ragu dan sesal padanya???????

Kamis, 26 Juli 2012

Nervous..

30 menit, kita disini, tanpa suara
dan aku resah, harus menunggu lama, kata darimu…

Mungkin butuh kursus, merangkai kata, untuk bicara
dan aku benci, harus jujur padamu, tentang semua ini
Jam dinding pun tertawa, kar’na ku hanya diam, dan membisu
Ingin kumaki, diriku sendiri, yang tak berkutik di depanmu

[Reff]
Ada yang lain, di senyummu,
yang membuat lidahku, gugup tak bergerak
Ada pelangi, di bola matamu,
dan memaksa diri, ‘tuk bilang…
aku sayang padamu
aku sayang padamu

(Jamrud-Pelangi Di Matamu)


Senin, 23 Juli 2012

Gantian

Bingung,... kamu pasti cape nemenin saya berjam-jam kemarin. Sekarang kamu istirahat ya, tidur yang nyenyak sana. Kalau perlu ga usah bangun lagi, tapi kalaupun masih bisa bangun semoga kamu kapok nemenin saya ^^

keukeuh....

Di luar sana, semua orang mengenalmu sebagai orang yang ceria dan menghibur. Berjanjilah untuk tetap seperti itu, apapun yang terjadi hari ini. Jangan buat dunia kecilmu ikut murung dan bertanya-tanya.


Minggu, 22 Juli 2012

Apa ya...Bingung

Sama kaya judulnya.

--posting paling ga penting--

Jumat, 20 Juli 2012

Do it!!!!!!!!!

Kita pernah jatuh, lalu bangkit. Kita pernah kena jab, hook, bahkan uppercut, tapi kita ga KO, kita bangkit dan bertarung lagi.
Kita pernah kepleset, kesandung, sampai terpelanting, tapi kita bangkit dan berjalan lagi.

Buktinya? Kita masih hidup sampai sekarang!!!

Come on Sant!!!!!!!!

Rabu, 18 Juli 2012

Home Alone

Kadang diam dibutuhkan untuk gerak-gerak selanjutnya.
Walaupun bingung terus menggoda untuk tetap diam.
Dan takut juga terus merayu untuk tetap diam.

--Pagi yg cerah dan bising suara anak-anak, tapi tetap sepi--

Selasa, 17 Juli 2012

BAHAGIA

11 Juli 2007


Menulis. Langkah awalnya adalah dengan mengenal dan mempelajari jenis huruf yang akan digunakan,apakah itu huruf latin, kanji, arab, atau lainnya. Dari situlah akhirnya terbentuk kata yang ketika disambungkan dengan kata-kata lain membentuk kalimat (serius!?).


Saat ini, saya ingin menulis sebuah kata. Setelah melalui minggu-minggu yang luar biasa. Naik turun,sedih seneng, marah diam dan perasaan-perasaan hati lainnya semua dialami dalam setidaknya dua minggu ini.

Huruf pertama dari kata yang ingin ditulis adalah “B”.
Kenapa huruf “B”?. Saya pikir dia cocok untuk berada di garis depan. Lihatlah, dia begitu tambun. Apalagi kalau kita menulisnya dengan bulatan atas yang kecil dan bulatan bawahnya dibuat lebih besar (kebayang ga sih? Kaya orang buncit ya?!). Dengan menulisnya seperti itu “B” sangat cocok (menurut saya) untuk berada di depan, sebagai pelindung.


 Huruf kedua adalah “A”.
Sebagai yang pertama, dia harus dilindungi, sebagaimana yang terjadi pada dunia manusia. Orang pertama biasanya adalah orang yang penting, bisa jadi dia adalah seorang pemimpin, boss, atau semacamnya. Dibutuhkan pengamanan untuknya, oleh karena itulah “B” ada didepannya.


 Huruf ketiga adalah “H”.
Jika kita sambungkan huruf-huruf ini ke atas bentuknya akan seperti sebuah tangga bukan? Tangga mempermudah kita menuju ke atas, meraih sesuatu yang lebih tinggi. Cobaan-cobaan dalam hidup ini juga merupakan anak-anak tangga bagi keimanan kita. Jikalau kita mampu melewati sebuah cobaan  maka cobaan berikutnya, dengan kesulitan yang lebih tinggi, akan datang. Jadi inget dulu, hehehe. Oia cobaan itu akan datang pada titik-titik terlemah kita untuk mengupgrade kita. Ketika kita bisa melewati ujian tersebut maka satu kelemahan akan hilang, tapi bukan berarti cobaan berhenti.


Huruf keempat adalah, ya lagi-lagi “A”.
Sebagai yang pertama, “A” haruslah seimbang antara depan dan belakang, atas dan bawah. Sebagai pemimpin, jika yang pertama itu di asumsikan sebagai pemimpin, maka dia haruslah seimbang. Tidak menganakemaskan salah seorang dari sekian anak buahnya. Membagi perhatian yang sama, ehhm sepertinya mudah (tapi woow, 10 kg, 20 kg, 100kg?)


Huruf kelima adalah “G”.
Guedan eGo. Dua hal yang berhubungan (dihubungkan aja). Setiap manusia pastinya berbeda dalam hal sifat. Ada manusia yang ketika mengalami kepedihan enggan berbagi dan tiba-tiba menjadi tertutup/pendiam. Biarkan saja dia sendiri, mungkin dia sedang mencari apa makna dari kejadian yang menimpanya. Asalkan egonya tidak membesar, saya pikir tidak. Dalam keadaan seperti ini, asalkan bukan sesuatu yang prinsipil, akan mengalah (diri sendiri ya). Nggak nyambung ya??

Huruf keenam adalah “I”.
Sesuatu yang simpel kadang tercermin dengan kemudahan walaupun menjadi simpel tidak selalu mudah. Begitupun “I”, ia hanya sebuah garis lurus, sangat mudah membuatnya.

Huruf terakhir (kayaknya udah pada tau ya)..ya betul, huruf “A”.
Dalam sebuah penutupan acara, biasanya adalah sebuah kehormatan jika ditutup oleh si nomor satu. Ketua acara misalnya atau seorang presiden. Kita posisikan lagi si “A” sebagai nomor satu.


BAHAGIA…Kadang identik dengan kesenangan. Lalu kesenangan itu sendiri bisa tergambar dari kondisi tubuh. Tubuh yang gemuk pun bisa jadi ukuran (ngarang ya atau..?? maksa). BAHAGIA kadang datang ketika kita menjadi yang pertama. Dalam sebuah balapan misalnya, betapa bahagia jika mampu melewati finish pertama. BAHAGIA juga bisa hadir ketika kita mampu melewati cobaan demi cobaan, apalagi ketika kita mampu mengambil makna dibaliknya, dan kebahagiaan yang kita peroleh karena keberhasilan itupun menjadi lebih bermakna. Bahkan sampai sulit terlukis dengan kata-kata. Dirinya sendirilah yang mampu merasakannya, sedangkan yang lain hanya menerka-nerka kebahagiaan macam apa yang diperolehnya. Tapi percayalah dia sangat ingin membagi kebahagian itu. Egonya berkurang. Terakhir, kadang BAHAGIA tidak memerlukan sesuatu yang rumit.


Itulah BAHAGIA. Itulah yang terjadi setelah melalui minggu-minggu yang berat. Entah kenapa BAHAGIA hadir. Pekan ini ditutup dengan bertemu kawan lama. Sekedar berbagi kabar terakhir, sepertinya lebih dari itu.



Sudah, sudah…sudah cukup pemaksaannya. Hehehe.


Pindahan dari blog Friendster...hiks FSnya udah ga ada :(

Tanggapan....


Wednesday, 31 Oktober 2007


SAHABAT SENJA

“Akhii, hmm, sayaa boleh ikutan ngajar?” kata-kata Aldi barusan mengalir agak tersendat dari mulutnya. Seperti ada keraguan di sana. Saya yakin, bukan keraguan karena niatnya, tetapi mungkin dia ragu akan penerimaan saya kepadanya. Pemuda seperti saya, apa pantas beramal dengan mengajar suatu ilmu kepada orang lain? Mungkin begitu batinnya berbicara. Segera saja saya jadi teringat dengan perkataan salah seorang teman dekat di kampusku. Antara pemahaman dengan tercapainya suatu tujuan, “hanya” terbentang jarak satu mata rantai pengamalan. Jadi, bersegeralah untuk menyambung mata rantai tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh.

Saya mengenal pemuda tersebut beberapa tahun yang lalu. Kegiatan keislaman membawa kami dalam gelombang yang sama. Satu pemikiran dan satu tujuan. Selebihnya, banyak sekali hal yang kami lakukan untuk sekedar saling berbagi.

Dia termasuk anak yang pandai. Jarang belajar, tetapi selalu mendapat nilai yang bagus. Emang dasar anak yang cerdas. Jiwanya serasa bebas. Tidak ingin terikat dengan segala belenggu aturan. Tetapi koridor keagamaan selalu berusaha dipatuhinya.

Suatu kali, dia pernah bercerita tentang gadis yang disukainya.
“Dy, maafin gue ya. Sejujurnya, selama ini gue suka sama si Indah. Itu gara-gara lo sering cerita ke gue. Gue juga jadi simpati ke dia. Berlebihan memang, karena simpati itu makin lama turun ke hati. Menunjukkan eksistensinya dengan nama cinta dan sayang.”
“Dan kemarin, gue ngasih hadiah ke dia. Kan dia ulang tahun. Gue minta maaf kalau terkesan nusuk lo dari belakang.”

Saat itu juga, memang serasa ada yang menusuk jantung kala mendengar perkataan itu. Indah adalah sesosok gadis yang saya sukai, walau hanya sebatas kagum dan simpati. Tidak lebih. Tetapi, perasaan tersebut hanya sebentar menghinggapi. Selanjutnya, entah energi apa yang menyelimuti saya, yang jelas ada kekuatan yang muncul untuk berkata:
“Ya sudah, ngga apa-apa kok. Selama lu tanggung jawab dengan perasaan lu, you go friend. Gue ngga apa-apa. toh, gue ngga ada hubungan apa-apa kok.” Huhh, diorama semasa SMA yang sulit terlupakan. Ada sedih, senang, gembira, duka, semuanya tercampur menjadi satu dalam bingkai keremajaan yang indah.

Dan empat tahun ke belakang adalah masa-masa yang suram bagi dirinya. Kami dipisahkan oleh jarak dan universitas. Jauh. Dan semuanya terasa semakin jauh manakala kudapati dia sudah tidak seperti dulu. Dia berubah. Dia yang dulu pernah memegang posisi ketua pembinaan, kini kelimpungan membina diri sendiri yang solat lima waktu saja sering bolong. Boro-boro puasa sunah senin-kamis, puasa ramadhan saja yang notabenenya adalah puasa wajib, dengan tanpa rasa takut, terkadang ditinggalkannya karena tidak tahan terhadap lapar dan dahaga.

Ketika orang lain sedang asyik tarawih, dia pun sedang asyik bermain bilyard dengan kawan-kawan lainnya yang sejenis. Pulang larut malam ataupun dini hari itu sudah biasa. Bahkan saat itu, jarang sekali dia pulang ke kos. Sekalinya pulang hanya sekedar ganti baju. Dan Jarang sekali dia mandi.

Pernah satu kali, dia memaki-maki orang yang sedang mengaji. Berisik katanya! Padahal saat itu sedang bulan Ramadhan. Ke masjid, malasnya minta ampun. Padahal jaraknya hanya “sejengkal”. Lokasi masjid tepat berada di depan kosannya. Entah peristiwa apa yang dihadapinya hingga ia berubah seratus delapan puluh derajat bedanya.

Kehidupannya mungkin akan terus kelam seperti ini jika saja dia tidak secara sengaja menemukan buku kecil pemberian temannya ketika dia ulang tahun yang kedua puluh. Saat itu terasa biasa saja. Tetapi kini, hadiah tersebut terasa bermakna. Memorinya kembali pada kebersamaan di waktu senja SMA. Berputar dan terus berputar. Mengingatkan sampai hal-hal yang terdalam. Tentang arti kehidupan, dan tentang makna kematian. Semuanya juga mengingatkan dia kepada sosok pemberi buku kecil tersebut. Sosok yang menjadi teman baiknya kala SMA, yang antara dirinya dengan sosok tsb senantiasa saling menasehati dan mengingatkan. Dan kini dia menangis tergugu di hadapan Quran, buku kecil tersebut. Ada kerinduan yang menyayat hati untuk segera membacanya.

Itu semua diceritakannya ketika secara sengaja dia menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumahku. Dia tidak berani menatap mata saya. Biarlah, walau hanya cerita, itu sudah cukup bagi saya. Di sela-sela ceritanya yang kadang lancar dan kadang tersendat, air matanya ikut mengalir. Dia tidak berani bercerita lebih jauh tentang kegelapan yang sudah dilaluinya. Tidak apa batinku, asalkan kau telah sadar dan kembali, itu sudah cukup, bahkan berlebih. Biarlah masa lalu menjadi catatan tersendiri bagimu.

Beberapa hari setelah dia berkunjung, kabar itu datang. Aldi tertabrak mobil ketika ingin pulang ke kos untuk melakukan solat Isya. Waktu itu pukul dua puluh dua malam tepatnya. Tidak banyak yang tahu tentang kabar ini. Saya pun tahu kabar tsb dari kakaknya. Segera saja keesokan harinya saya pergi. Tak ku pedulikan lagi presentasi siangnya.

Rumah sakitnya cukup sulit untuk ditemukan. Terletak di kota yang saya jarang sekali mengunjunginya. Butuh perjuangan yang luar biasa. Setelah sempat tas saya di silet di kereta, dan tanya kesana kemari, akhirnya saya sampai juga di lokasi. Kondisinya lumayan parah, tapi Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepadanya untuk memperbaiki diri.
***
“akhii, boleh ngga saya ikutan ngajar? Kalau ngga boleh ngga apa-apa kok” Suara itu kali ini terasa lembut dan tersirat iba di sana. Segera saja saya tersadar dari lamunan tentang Aldi dan segera menjawab pertanyaannya dengan mantap seperti tidak ingin diselingi oleh satu desahan nafas sekalipun. “Yup, situ bisa ngajar ini... jam segini...?“ tanpa berbasa-basi lagi, saya jelaskan semuanya, dan saya juga menanyakan kesanggupannya tentang pelajaran apa saja yang dikuasainya. Saya tidak berpikir panjang lagi mengenai background pemuda tersebut, walau saya tahu pengalaman hidup yang kelam pernah dilaluinya. Semoga kebersamaan ini, dapat membimbing kami kembali menuju kutub yang positif.

Senja ini, Tuhan telah mengembalikan dia dalam rengkuhanNya kembali. Dan saya pun jadi punya kesempatan untuk saling berbagi kembali dengannya. Seperti dulu, ketika kami pernah melewati senja di sekolah, di bawah pohon bambu yang tertiup angin sambil memandang ke arah danau selepas bermain bola. Kali ini, nadanya agak berbeda. Akan tetapi bukan berarti tidak seirama. Biarlah, kami akan menciptakan irama baru yang semakin merdu.
=================================================================================================
Cerita ini hanya fiktif belaka, eh salah, cerita ini diambil dari tulisan seorang teman dalam blognya (www.diyo.blogspot.com). sebenernya banyak tulisan lain di dalam blognya yang lebih bagus, tapi pas baca tulisan ini, ehm ehm deh. Seperti membaca garis hidup sendiri, walaupun agak samar karena memang sengaja dibuat seperti itu. Satu hal yang pasti nangis, waktu ngebacanya! Di rental nangis? Ga peduli! Yaks, ada sisi-sisi yang menyentuh emosi, mungkin karena itu tadi, seperti garis hidup sendiri. Apalagi kalau bener kawan yang satu ini harus meninggalkan presentasinya dan harus di silet tasnya, waduh….!!


Ahmad Sudia Abdurrahman namanya. Dio begitu biasanya dia dipanggil (kenapa bisa jadi Dio ya? Seharusnya kan Dia, pertanyaan yang dari dulu belum dijawab, la wong ga pernah ditanya masa dijawab ^_^) seorang teman yang begitu mencintai keluarganya, ibunya, adik dan kakak perempuannya dan tentu abahnya. Teman yang nyaris tak pernah menampakkan raut kemarahan. Satu sekolah selama enam tahun, tapi baru mulai berbagi pada dua tahun terakhir dalam kebersamaan itu. Dia (or Dio, mirip kan) temen yang mengasyikkan. Kami sekelas waktu kelas II SMA dan duduk bersebelahan. Dulu kita suka maen banyak-banyakan sariawan (aneh ya), karena kita berdua sering banget sariawan. Maen gede-gedean nilai, untuk yang satu ni Dio lebih sering menang. Apalagi kalau pelajaran matematikanya bu Liza. Oia kita juga sempet mencoba menghafal Al-Qur’an, biar semangat jadinya dibuat sedikit berkompetisi (kalau bukan karena hal ini mungkin saya hafal Al-Baqarah Cuma sampai lima ayat pertama aja). Kita juga satu organisasi di ROHIS. Dan ROHISlah yang lebih mendekatkan kami, bukan hanya kedekatan karena hal-hal diatas, tapi juga kedekatan hati. Dio juga sempet nawarin saya jadi pengurus koperasi, tapi saya tolak. Karena apa ya? Saya lupa alasannya. Tapi setelah berjalan saya sering bantu koperasi beli barang-barang (90% makanan dan minuman) buat dijual sama koperasi. Kita belanja kadang banyak banget, sampai orang-orang nanya “buat apaan dek?”. Maklum kita masi pake seragam sekolah. Kita berdua paling ga suka duduk depan dan anehnya waktu tempat duduknya diputer kita ga pernah kebagian di depan karena waktu kelas II hampir setiap hari ada anak yang ga masuk. Termasuk kita berdua. Kalau Dio sering banget hari selasa ga masuk sekolah (jaga wartel ya io? Hehe).


He’s such a nice friend. Dio bener-bener sahabat yang menyenangkan, yang bisa mengerti keadaan kawannya, yang memberikan telinganya untuk terus mendengarkan cerita-cerita saya, Tapi, entahlah apakah saya juga sahabat yang menyenangkan buatnya.


Semoga Allah selalu mempermudah urusanmu di dunia dan akhirat kelak.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan, adalah fitrah dari perjuangan
Dikala hati kita terlena, ingatlah Allah setiap saat.

Senin, 16 Juli 2012

Kau Telah Warnai Hidupku


Lembar hidup yang dulu muram
Kini bersinar
Dan menampak maknanya
Lepas sudah kesendirian
Selama ini…
Kuterjerat sepi

Menyusun hariku
Berulang dan sama
Melukis kelabu
Tanpa jiwa

Reff:
Tiba-tiba ku terkesima
Seorang dara
menjentikkan jarinya
Sekejap... semua berubah
Mengagumkan……
Kau tlah warnai hidupku

Kau tuntun aku tuk sadari
Melihat hidup dalam satu
harmoni

Kasihmu tulus memberi
Sisi di hati….
Yang terdera sepi


Menyusun hariku
Berulang dan sama
Melukis kelabu
Tanpa jiwa


(Katon Bagaskara- Kau Telah Warnai Hidupku)

Sabtu, 14 Juli 2012

Gelisah 3

Kalau ada perasaan yang paling menyulitkan untukku, maka itu adalah perasaan bersalah terhadap seseorang. Bahkan saking bingungnya bersikap, aku sering berharap punya Doraemon dan meminjam mesin waktunya lalu kembali ke titik waktu di mana kesalahan itu ku buat. Sesuatu yang tidak mungkin karena kembali ke masa lalu akan merubah masa depan. Walaupun aku punya keyakinan manusia bisa saja membuat sebuah mesin yang bisa melihat masa lalu. Melihat saja, tapi tidak bisa masuk dan merubah apa yang sudah terjadi. Hanya masa lalu, tidak bisa untuk masa depan. Lantaran masa depan itu dibangun dari keputusan-keputusan masa lalu.

Sabtu minggu lalu, harusnya aku jadi panitia walimahan adiknya Galih. Tapi aku bener-bener lupa, pagi-pagi buta langsung cabut ke Citeurep melihat pelaksanaan hari pertama MOPD. Maklum saat penggemblengan panitianya ada insiden kecil ketika outbond. Outbond yang rencananya kelar maksimal jam 5, ngaret sampe 7 malam. Ditambah cuaca hujan, sempurna banget untuk bikin komitmen panitia. Padahal hari pertama Cuma briefing, pembagian kelompok, tugas-tugas tapi karena ingin lihat sejauh apa panitianya bersungguh-sungguh memenuhi janjinya, aku antusias banget buat dateng sampe lupa di minta jadi panitia walimah juga. Ini juga lantaran aku ga dateng pas rakor kedua, karena ke Anyer, ngedampingin anak-anak liburan.

Sabtu siang malah ada reuni kecil dengan temen-temen kuliah. Ya Allah, makin lupa aja. Udah lama ga ketemu Arga, Chusni, Denang plus Ari. Aduuh bingung banget pas hari minggu ketemu Galih karena aku mutusin untuk ngembaliin baju batik panitianya, wong ga kerja sama sekali masa ada dapet baju. Biasanya bisa bercanda-canda, tapi saat itu malah bingung. Walaupun Galih bersikap biasa aja. Sampe sekarang pun masih kerasa ga enak kalau mau maen lagi. Doraemon tolong akuuuuu........

Belum genap seminggu, bikin kesalahan lagi. Brrrrrrr, ini lebih membingungkan lagi. Pagi tadi sampe ga berani bawa motor (walaupun akhirnya bawa juga karena perhitungan waktu yang mepet), takut ga fokus di jalan. Akhirnya merasakan sepi di tengah keramaian orang tua murid. Alhamdulillah, Lukman dateng tepat waktu kalau ngga aku diminta ngejelasin program studi TI ke orang tua murid. Hohohohoho... Doraemooooooon...


Semoga ga bosen mendengar kata maaf.

Untuk kesekian kali ada keinginan yang terkabul ba'da Ashar. Walaupun setelahnya air mata meleleh. Terima kasih ya Rabbi.

Gelisah 2

Dalam keadaan senang yang membuncah juga diperlukan ketenangan. Karena perayaan yang berlebihan bisa menyakiti yang lain.

Maaf, sekali lagi maaf.

Gelisah

Air mata pagi,
Bahkan mungkin lebih dini,
Bukan karena tak bersyukur pada-Mu ya Rabbi,
Agar ketenangan meresap dalam hati.

Aku sadar hari ini akan bertemu lebih dari 400 orang, tapi rasanya akan sepi. Ya ampun, kenapa sant?

Berasa banget suka duka itu di pergilirkan. Bahkan bisa terjadi dengan sangat cepat.

Semoga tidak ada yang berubah setelah kejadian pagi tadi. Amiin

Kamis, 12 Juli 2012

Dini hari...

Bernyanyilah wahai kelu,
Pada desir-desir waktu tak tentu..
Aku malu..
Beriringanlah dalam sendu,
Pada lembut kata berwajah syahdu..
Aku rindu..

Minggu, 08 Juli 2012

Apa coba

Hatiku, hatimu, hatiku
Berpindah-pindah pada tiga
Berjarak-jarak pada dua
Akankah bersatu pada waktu.

Sabtu, 07 Juli 2012

Steak or

Bingung kenapa orang-orang sampai memadati tempat ini. Aku benar-benar ga menikmati makan steak. Lebih enak bakwan malang BBM, mie ayam kangen, bahkan sama ketoprak mas Nur pun jauh rasanya.

Makanan ini cuma menang gaya aja ko. Aku yakin kalau kalian pernah nyobain ketoprak mas Nur pasti pengen lagi. Ya ya ya. Apalagi pizza, iih aku udah janji ga akan makan itu lagi. Mending makan lopis deh.

--Steak n Shake Margonda--

Selasa, 03 Juli 2012

36

Hari ini d telpon bagian kurikulum Annisa. Diminta ngajar 36 jam utk Annisa aja, Fisika semuanya. Wow.. Fisika dapat jatah 2 jam per pekan per kelas, artinya ada 18 kelas. Katanya 18 kelas itu cuma kelas 10 dan 11 aja karena kelas 12 ga ada Fisika. Berarti kelas 10 yg baru ada 12 kelas. Laku bgt Annisa, bisa buka 12 kelas baru.

Tapi setelah di pikir-pikir lagi, ternyata saya akan jadi satu-satunya guru Fisika d Annisa. Owwhh no. Belum lg ngoreksi 18 kelas. Hmm, ga kebayang deh. Bisa2 kamar saya jadi lautan kertas.

Polimedik gimana Sant? Aduuh, sepertinya harus memutuskan utk memilih salah satu.

Coba-coba

Kekhawatiran tak menjadikan bahayanya membesar. Hanya dirimu yang mengerdil. Tenanglah karena Allah bersamamu. Maka tugasmu hanya berikhtiar dan di sana pahala surga menantimu."

Nyoba aplikasi blog utk android. :-)