Laman

Selasa, 15 Desember 2009

Khalil Gibran

Bisikan rahasiamu pada ilalang,
maka jangan salahkan angin yang mengabarkan pada ranting-ranting cemara.

Rabu, 09 Desember 2009

Orang yang Setia

ORANG YANG SETIA


Mohammad Natsir. Lahir di Alahan Panjang Sumatera Barat, 100 tahun lalu. Natsir adalah pemimpin partai Masyumi dan pendiri Dewan Dakwah Islamiyah. Sejak belia sampai usianya yang lanjut terus berjuang untuk cita-cita tegaknya Islam. Tak pernah lelah dan berhenti. Baru berhenti saat takdir ajal menjemputnya.
Natsir adalah orang yang sangat setia. Setia terhadap istri yang dinikahinya. Meski usia istrinya lebih tua, ia tetap setia sampai akhir hayat. Orang Jawa bilang pernikahan Natsir dengan Siti Nahar disebut sebagai pernikahan: “Kaken ninen-ninen”. Pernikahan yang langgeng atau abadi, yang hanya dipisahkan oleh kematian. Natsir tak pernah tergoda dengan perempuan lain. Pemimpin Masyumi itu tetap setia dengan satu istri yang menyertainya di saat suka dan duka. Bahkan ketika Natsir meninggalkan Jakarta menuju hutan di Sumatera Barat, sang istri juga menyertainya. Sungguh luar biasa. Bersama-sama terus sampai ajal memisahkan diantara keduanya.


Dua tokoh besar Indonesia pernah berpolemik soal poligami. Soekarno menentang keras paham poligami, sedang Natsir ada di sisi lain, membela poligami. Soekarno menganggap poligami mirip penjajahan dan perbudakan yang dilakukan para lelaki terhadap kaum perempuan dan menganggap ajaran Islam adalah salah karena memberi peluang bagi poligami. Sebaliknya, Natsir membela poligami. Baginya tak ada yang salah dengan poligami. Meski poligami harus disertai dengan aturan dan syarat yang ketat. Salah satu syaratnya di dalam Al-Qur’an adalah harus adil. Tentu yang menarik bagi kedua pemimpin itu adalah realita dalam kehidupan keduanya. Soekarno yang menentang habis-habisan poligami justru istrinya ada di mana-mana, tetapi Natsir tetap setia dengan istrinya yang telah memberikan lima orang anak. Bahkan sampai akhir hayatnya. Kebiasaan tidak berpoligami bukan hanya dianut Natsir, tetapi juga seluruh pemimpin Masyumi.


Natsir adalah seorang yang sangat setia pada cita-cita Islam. Ia seorang yang sangat cerdas. Ketika selesai ujian di SMA (Belanda), Natsir mendapatkan nilai rata-rata A. Sebenarnya, pemimpin Masyumi itu mempunyai kesempatan untuk melanjutkan ke sekolah Kedokteran di Belanda. Namun kesempatan itu tak diambilnya. Ia memilih berguru kepada Ustadz A. Hasan, pemimpin Persis di Bandung. Perjumpaan Natsir dengan hasan itu kelak memberi pengaruh tersendiri bagi kehidupannya, terutama berkaitan dengan pandangan keagamaannya. Ketika masih belia, Natsir pernah berguru kepada Haji Agus Salim, bersama-sama dengan Roem, Prawoto, Kasman, Yusuf Wibisono, dan tokoh-tokoh Masyumi lainnya, yang tergabung dalam Jong Islamiten Bond (Organisasi Pemuda Islam).


Perjumpaan Natsir dengan A. Hasan dan Haji Agus Salim menumbuhkan kekentalan dan kecintaannya terhadap Islam. Maka, tak heran setelah Indonesia merdeka, kaum muda Islam, termasuk salah satunya adalah Natsir, memelopori berdirinya partai Islam Masyumi, yang merupakan singkatan dari Majelis Syuro Muslimim Indonesia. Melalui sebuah ikrar di bulan November 1947, terbentuklah Masyumi itu, yang merupakan pencerminan gabungan dari seluruh potensi Islam. Tentu yang paling menarik sesudah Pemilu 1955 dan Masyumi mendapatkan suara 22%, Partai itu memelopori perjuangan di Konstituante, agar Islam menjadi dasar Negara.


Pidato-pidato para pemimpin Masyumi di Konstituante dibukukan dalam Capita Selecta, mencerminkan padangan yang sangat jelas, bagaimana para pemimpin Masyumi dengan sungguh-sungguh ingin menjadikan Islam sebagai dasar Negara. Pidato Natsir lebih jelas lagi membandingkan antara ideologi Pancasila dengan Islam. Natsir menegaskan ideologi Pancasila, menurut pemimpin Masyumi itu, adalah ideologi la diniyah atau ideologi sekuler.


Pertentangan antara Natsir dengan Soekarno memuncak, ketika Soekarno sudah sangat jauh dipengaruhi oleh PKI. Soekarno benar-benar menjadi alat PKI, yang secara sistematis mengeliminir unsur-unsur Islam dari kekuasaan Negara. Ketika Natsir merasa terancam jiwanya, maka ia meninggalkan Jakarta menuju Sumatera Barat dan bergabung dengan sejumlah perwira militer, yang menentang Soekarno, yang kemudian dikenal dengan pemberontakan PPRI. Sampailah, tindakan presiden Soekarno, membubarkan Masyumi tahun 1960, dengan alasan para pemimpinya terlibat dalam pemberontakan. Partai Masyumi mati, hanya karena para pemimpinya yang sangat setia pada cita-cita ideologi Islam. Sesudah Masyumi dibubarkan, para pemimpinnya dipenjarakan Soekarno di rumah tahanan Keagungan, di daerah Kota.


Natsir dan para pemimpin Masyumi lainnya, ketika keluar dari penjara Keagungan setelah adanya pergantian kekuasaan lalu mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah di tahun 1967. Pendirian Dewan Dakwah Islamiyah oleh para pemimpin Masyumi, terutama Natsir, adalah penggambaran dari pribadi-pribadi yang memiliki komitmen terhadapa Islam yang luar biasa. Orientasi kegiatan Dewan Dakwah Islamiyah lebih ditujukan pada bidang-bidang dakwah. Dewan Dakwah Islamiyah pulalah yang pertama kali mengirimkan da’i-da’inya ke daerah-daerah yang jauh dari Jakarta.


Natsir di tahun 1980-an, membangun masjid dan asrama mahasiswa di berbagai kota besar, terutama di kampus-kampus negeri seperti UI, ITB, IPB, UGM, UNDIP, UNAIR, UNILA, UNHAS, UNAND, dan USU. Pemikiran Natsir adalah ingin membangun kader-kader baru, yang berkomitmen tinggi terhadap Islam. Masjid dan asrama menjadi satu agar mahasiswa terbiasa dengan masjid dan mereka dibina dengan nilai-nilai Islam. Inilah jasa Natsir yang tak terhingga, bukan hanya aspek-aspek politik semata yang dipikirkannya, tapi juga pembentukan kader-kader yang tujuannya untuk melanjutkan perjuangan Islam.


Natsir yang setia dengan cita-cita dan ideologi Islam, akhirnya bersimpang jalan dengan Jenderal Soeharto. Karena Soeharto tak beda dengan Soekarno yang diktator dan tiranik. Natsir menulis modus vevendi, yaitu pandangan Natsir terhadap misi zending Kristen yang berkembang pesat di Indonesia. Pandangan itu di sampaikan ketika ada usaha-usaha pemerintah untuk menciptakan kerukunan umat beragama. Namun pandangan-pandangan Natsir yang sangat jelas dalam memposisikan umat Islam dengan golongan lainnya, terutama Kristen, tak mendapat jawaban yang positif karena wakil golongan Kristen, yang diwakili Pendeta Tambunan, menolak substansi dialog. Akhirnya dialog itu mengalami jalan buntu.


Natsir juga menolak penyeragaman ideologi Pancasila melalui P4. Tulisan-tulisan Natsir menanggapi usaha-usaha penyeragaman itu dimuat di berbagai buku penerbitan dan majalah Dewan Dakwah. Natsir menolak Islam menjadi subordinasi ideologi negara Pancasila. Karena Islam itu agama yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, yang tidak mungkin disejajarkan apalagi dijadikan subordinasi dari Pancasila. Inilah yang mengakibatkan ketegangan antara Natsir dengan Soeharto. Ketika situasi memuncak dan kritis, Natsir bergabung dengan sejumlah tokoh, termasuk kalangan militer, membentuk kelompok Petisi ’50. Akibatnya natsir dikucilkan, bahkan dimatikan secara perdata, termasuk dilarang bepergian ke luar negeri.


Para pemimpin Masyumi mempunyai andil yang penting ketika awal pemerintahan Orde Baru. Melalui Natsir lah proses normalisasi hubungan dengan Malaysia terwujud. Almarhum Jenderal Ali Murtopo datang ke rumah Natsir meminta agar pemimpin Masyumi itu membantu menyelesaikan konflik dengan Malaysia. Peranan Natsir yang lain dan tak kalah penting adalah mendorong pemerintah Jepang membantu Indonesia yang terpuruk selama pemerintahan Soekarno. Melalui pertemuan Natsir dengan PM Takeo Fukuda, kemudian Jepang membantu Indonesia dengan menanamkan modalnya ke Indonesia. Namun phobia para para pemimpin militer terhadap para pemimpin Masyumi, yang dicurigai membawa ideologi Islam tidak pernah hilang. Ketika Natsir dan kawan-kawan ingin merehabilitasi partai Masyumi ditolak. Lalu ketika ingin mendirikan partai baru, Parmusi, para tokoh Masyumi tersebut dilarang duduk dalam kepengurusan, seperti Mohammad Roem, yang terpilih secara aklamasi oleh Muktamirin, ditolak oleh Jenderal Alamsyah, yang mewakili pemerintah waktu itu.


Natsir adalah tokoh yang setia dengan pilihan hidupnya. Ia hidup dengan zuhud. Rumahnya di jalan Jawa, konon adalah pemberian Pak Idid Djunaedi. Saat itu, Natsir ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Perdana Menteri, sesudah berhasilnya “Mosi Integral” yang menyatukan Indonesia dari negara Federal menjadi NKRI. Waktu itu Natsir tinggal di sebuah gang sempit di daerah Kramat. Maka tidak mungkin seorang perdana menteri tinggal di sebuah gang sempit.


Rumah di jalan Jawa itu ditempati sampai akhir hayatnya. Mobil yang ia gunakan setiap hari dari jalan Jawa ke Kramat 45 adalah mobil ovel yang sudah tua dan tak pernah ganti. Natsir tidak mempunyai peninggalan rumah peristirahatan di puncak-puncak bukit, mobil mewah, atau rekening ratusan milyar. Hidupnya sangat zuhud dan wara’.


Natsir sangat dihormati oleh berbagai pemimpin dunia, terutama di Timur Tengah. Jika ia melakukan kunjungan ke sebuah negara Timur Tengah, ia mendapatkan penghormatan seperti kepala pemerintahan, tetapi ia tetap bersahaja. Ia pernah mendapatkan penghargaan dan hadiah dari Raja Faisal. Namun, itu semua tidak digunakan untuk pribadinya. Natsir sangat dekat dengan Raja Faisal, tapi tidak pernah memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.


Natsir benar-benar murid yang setia dari Haji Agus Salim dan A. Hasan. Cerdas dan setia pada cita-cita ideologi dan perjuangan Islam. Tak pernah luntur oleh apapun. Tak tergoda dengan kenikmatan dunia. Gurunya, Haji Agus Salim dan A. Hasan memberikan tauladan yang sempurna bagi kehidupannya. Kita perlu meneladani. Wallahu ‘alam.


Mashadi
Suara Islam edisi 48 (15-28 Rajab 1429 H/18-31 Juli 2008 M)

dengan sedikit perubahan yang tidak merubah arti.


Kamis, 01 Oktober 2009

ironi

Di Sumatera sana, gempa masih menyisakan getaran kecil, di sini pelantikan Anggota Dewan "yang terhormat" dengan anggaran 11 M.

Negeri penuh ironi

Senin, 31 Agustus 2009

lost

Untuk 1 kehilangan kecil, reaksi pertama yang saya lakukan tadi sangatlah buruk. Aduuuh, udah berkali-kali ngga berubah. Padahal semuanya titipan. Arrrggggh, terlambat berpikir, padahal kalau rasionya tadi di pakai...huuuuuum.

======================================================================

Benda putih kecil itu.....kenapa reaksinya harus seperti itu???????

Minggu, 26 Juli 2009

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrd

Kita ada di kelebatan masa,
di mana mata tak berguna,
cobalah kau tanya cermin
dia pun akan mengamini...

Langkahkanlah kaki pada hati,
pada kilat-kilat mata yang khianat..
di sini, ataupun di sana
dia takkan bertahan...

Amiiin.....

Hari ini, Dia mengabulkan lagi Do'aku

do'aku setahun yang lalu.

Terima kasih ya, Allah.

Jawaban itu selalu saja tak terduga.

Ampuni aku Ya Allah.

Kamis, 25 Juni 2009

Unproven

Kawan baikku....aku ingin menjebakmu...(sembari mengumbar senyum kemenangan)

Senyum kemenangan=Senyum tipis dengan mata memicing....


Dia tidak akan memberi beban yang melebihi kemampuanmu, come on!

Rabu, 24 Juni 2009

Da vinci Code

Ketika membaca novel/cerpen atau sejenisnya, aku terlalu sering melewatkan halaman yang menggambarkan detail fisik seseorang, gedung, ruangan atau yang semacamnya, tetapi akan kembali setelah membaca halaman-halaman selanjutnya.

Dalam hidup, aku juga terlalu sering untuk tidak tertarik pada hal-hal kecil, tetapi akan mengingatnya sekuat tenaga setelah beberapa waktu.


Demi cerita yang utuh, demi kenangan (indah) yang sempurna.

Minggu, 24 Mei 2009

Cerita

Prinsipnya adalah tidak perlu membuka semua,
cukup melipat pada tepinya saja.

Kebanggaan itu bukan karena inisiatif kita,
terlalu banyak tangan manusia di sana.....

Jumat, 15 Mei 2009

28 Maret

Satu memori indah terhampar malam ini,
Di sini, di gedung serbaguna SAMINA.
Aku coba susun lagi puzzle2 memori itu….

Lengkap dari kiri sampai kanan,
Sempurna pada atas dan bawah….
Tapi tidak di tengah sana,
Yaps, kepingan paling penting itu tidak ada.


When I said, “ga ada anak 2002 ya!?”.
28 Maret 2009.
Samina-DPRa Abadijaya-Samina

hups.........

Yang ku butuhkan,
Hanya pancaran semangat
Agar tidak terus tenggelam.

Dari mana?

Matahari?
Menyala selama 12 jam
Lalu hilang entah kemana
Tidak bertanggung jawab!

Bulan?
Tampak penuh hanya 3 hari
Sisanya seperti acuh tak acuh
Sangat tidak konsisten!

Bintang?
Lupakanlah….
Dia terlalu kecil.

Pematang

Di pematang kutatap Bulan
Langit cerah cemerlang
Bertabur penuh bintang
Riangkan hati insan

Di pematang kumenerawang
Tentang sebutir harapan
Yang telah aku tanam
Di tanah kelahiran

Butir padi keemasan
Tersapu angin melambai
Seakan membawa pesan
Tentang arti kesetiaan

Akan sebuah kerja panjang
Jalannya semakin terbentang
Membawa cahaya terang
Membangun desaku tersayang

"gara-gara dengerin anak SMP 3 latihan nasyid"

Jumat, 24 April 2009

Mis....

Adzan Jum'at masih di angkot, gara-gara nonton acara di TV1 tentang pekerjaan yang menantang bahaya.

Pas lewat, di masjid ko ga ada sepatu? Ternyata anak SMP pulang cepet. Hohohoho, jadinya sholat di masjid sebelah deh. Ternyata juga ada sms yang ngasih tau hal ini dari Caku, tapi ngga kedengeran. Hiks..



Minggu kedua di SMP 3 Depok.

Jumat, 13 Maret 2009

authentic happiness

"Satu-satunya hal yang masih (dan akan tetap) berkilau di saat yang lainnya mulai meredup adalah harapan"

my number is back,

setelah menunggu sebulan, janji dari Indosat galeri sih 2 minggu, akhirnya nomor lama udah aktif lagi. Tapi ko ga bisa keluar ya? Sms aja ga bisa dan kenapa call centre Indosat ga bisa di hubungi ya?

Selasa, 10 Maret 2009

Putih, Kuning, Hitam

Putih kuning hitam
Satu waktu kau lucu, bergaya dengan putih merah
Di kesempatan lain, anggun dalam balutan putih biru
Lalu terbungkus putih abu-abu, mencoba menebar kedewasaan
Aku rasa kita tak pernah bertemu pada masa-masa itu
Kecuali satu waktu pada alam kebebasan, dunia egoisme.

Dalam tatap nanar kebimbangan
Racun apa yang kau berikan?

Putih kuning hitam
Pergilah, tutup tirai ini
Selubungi celah-celahnya dengan kabut

Pecahkan suaranya dengan desir angin
Dan biarkanlah pudar warna itu seiring waktu…..

Pelangi hati.


Depok, 9 Maret 2009. 21.28

Selasa, 24 Februari 2009

Mulai sulit tersenyum
Cenderung menghindar
Makin sering mengunci diri di kamar
Kesel sama hal-hal sepele
Jarang merasa lapar/Males makan
(kebetulan banget ini mah)

Do'anya mulai aneh
Mimpi-mimpi makin ga jelas
Pengen teriak-teriak


Hiksss

Minggu, 15 Februari 2009

I'm so sleepy

Berita itu sampai juga.
Tidak menggelegar,
tidak mengagetkan,
tidak diinginkan,
tapi tetap bersiap.

Pada semut hitam di gelap malam,
pada kisah ikhlas,
cerita kemuliaan,
fabel kebahagian,
ku sandarkan semua keluh.

menjawab masalah dengan masalah

Naluri ibu atau larangan itu.

Siang menjelang sore.

Ibu mengizinkanku ke Bogor dengan kekhawatiran yang lebih dari biasanya. Beliau memang orang yang memiliki tingkat kekhawatiran sangat tinggi, tentang apa saja. Sejak dulu, sejak SD. Pesan beliau sebelum anak-anaknya berangkat sangat banyak. Hati-hati di jalan, kalau nyebrang tengok kanan-kiri, dompet di bawa ngga, hati-hati hpnya, dan lain-lain. Selalu begitu, setiap hari.

Hari ini, raut wajah kekhawatiran itu lebih dari biasanya. Alasan pertama (menurutku ketika itu) adalah karena aku izin ke Bogor sangat mendadak. Padahal sejak kemarin sudah berencana ke sana, tapi baru minta izin hanya beberapa saat sebelum berangkat. Kedua, karena aku keluar lewat pintu belakang. Ini sepertinya alasan utama beliau. Entahlah ada pantangan apa lagi. Aku juga baru tahu kalau mau pergi keluarnya lewat pintu belakang itu ngga boleh (anggapan/kepercayaan orang dahulu). Ibu sangat percaya pada hal-hal seperti itu. Ibu adalah orang kampung (kami juga orang kampung, Depok asli) dan sekarang beliau mungkin salah satu sesepuh yang masih ada. Orang kampung sini (Sidamukti) banyak sekali memiliki larangan/kepercayaan yang kadang ga masuk akal. Aku dan kakak-kakakku sulit sekali menghapus ini, Ibu sama sekali tidak pernah termakan modernitas walaupun setiap hari nonton sinetron. Ada perasaan khawatir juga pas liat mimik wajah Ibu. Apalagi kondisiku ngga terlalu fit, tapi bagiku ini saatnya membuktikan kesalahan larangan itu.

Kereta ekonomi jurusan Bogor baru sampai di Manggarai. Artinya KA baru sampai Depok lebih dari setengah jam lagi. Calon penumpang tidak banyak, tapi kupikir KA akan penuh, feeling saja. Duduk manis di peron sambil memperhatikan pedagang koran, peminta-minta, pemungut botol air minum kemasan dan sekaligus 2 wanita dewasa yang memberikan rezeki kepada mereka (pemungut botol-red). Tingkah yang memuakkan, buang sampah seenaknya!!! Mereka berdua diskusi panjang lebar tentang cinta, tapi tidak sedikitpun jatuh cinta pada kebersihan. Kebiasaan buruk orang Indonesia. Oia, pemandangan menarik lainnya ada di seberang sana, peron 1. Dua orang yang bergaya hidup sama, namun tidak bertegur sapa. Malahan mereka duduk berjauhan. Rasanya mereka juga tidak saling tersenyum.

Tidak kurang dari tiga kali kulirik kantung kecil tepat di atas pahaku. Dari tadi seperti bergerak, tapi bentuknya masih menggembung. Itu pertanda isinya masih ada. Sebuah Handphone berharga kurang dari 1 juta rupiah (dulu waktu dibeli).

Kereta datang. Benar saja penumpang membludak. Bagian Informasi mengumumkan bahwa KA baru akan berangkat setelah di susul KA Pakuan. Yaps, begitulah nasib kelas ekonomi. Aku berdiri tepat di depan pintu. KA ekonomi, yang lebih tua, masih saja menunggu KA Pakuan dan aku pun tersadar kantung kecilku sudah kempes. Hmmmm, akhirnya kehilangan hp juga.

Ini adalah pertama kalinya aku kehilangan hp. Sejak kuliah dulu, aku yakin suatu hari nanti aku akan merasakan kehilangan benda itu. Karena cerita tentang teman-teman yang kehilangan benda itu sering ku dengar. Bahkan seorang kawanku sampai 8 kali kehilangan hp. Mungkin bisa masuk MURI. Aku sendiri sering lupa meletakkan hp. Terakhir kali, 2-3 hari yang lalu, dalam keadaan silent benda itu ternyata ada di bawah bantal. Jadilah semua pesan dan panggilan masuk ku balas 6-8 jam kemudian.

Aku pun teringat sama Ibu. Bukan, bukan karena larangan itu benar, tetapi karena beliau pastinya akan sangat menyesal dan akan semakin percaya pada larangan itu. Ah, aku harus siap-siap dengan wejangan ibu yang lebih panjang kalau pamitan mau pergi.

Hilang semua catatanku padahal banyak yang belum disalin. No kontak juga, hanya ada 4 nomor yang ku hafal di luar kepala. Dua di antaranya sudah tidak aktif dan satunya lagi punya aidus. Hmmmm. Aku cinta padaMu ya Allah.


Di rental Daud.

Rindu sekali aku pada Bogor,
pada kampus tercinta,
pada hujan,
dan pada kenangan yang tersisa.

Sabtu, 14 Februari 2009

Apakah terulang

Dulu ketika saya ingin mencabutnya ternyata tindakan saya jauh melebihi batas persaudaraan. Kesan membenci itu lebih kentara. Sampai muncul nasihat itu, let it flow. Karena kesalahan bukan pada benda itu, tapi pada kita yang tak mampu memanagenya dengan baik, sesuai aturan yang berlaku.

Lebih kepada memutus silaturahim. Lalu, apakah saya harus mengulanginya?


Saya menaruh sebuah tanda tanya di sana, karena berharap ada sebuah jawaban dengan sebuah alasan.

Sabtu, 07 Februari 2009

Maaf

Tadi itu bingung bersikap...
entahlah...

aduuh bener-bener ga ngerti.

Sekali lagi maaf....

Selasa, 03 Februari 2009

.....................krink

Coba-coba bikin facebook, pake account yahoo.co.id ga bisa dan gmail ga bisa, ternyata udah pernah bikin dulu. kayanya passwordnya ga standar ya (beda ma yang biasa).

Padahal udah sejak lama coba-coba ganti password, tapi selalu kejadian lupa password baru. FS yang yahoo.com, blogspot 2 atau 3, Wordpress 2, myQuran, dll. Tapi yang myQuran udah ketemu.

Sebetulnya bisa di tanyain atau di reset sih, cuma males aja.

Kenapa mau ganti password? Hmmm, password yang biasa ini bener-bener ga bagus. terlalu berhubungan sama masa lalu. Bukan berarti mau ngebuang masa laluku, karena aku cinta masa lalu, aku cinta masa lalu, sangat cinta masa lalu!!!!!!

Sebuah balasan

Hari ini...

Tegakkah kaki ku?
Ketika untaian sadar menyapa
memalingkan lagi pada pilihan hidup
sementara keliling ku bukan lagi kurva yang tertutup

Apakah aku akar rumput?
yang menahan batangnya terus bergoyang
yang menyimpan energi pada kemarau
untuk tumbuh lagi pada penghujan.
tak pantas, sungguh tak pantas.


Waktu,
sungguh, aku ingin melihat mu melengkung sedikit saja
agar terlihat titik-titik penyusun langkah ini

Bahwa akulah batang rumput itu,
dan kau lah penegaknya....
Sunguh akulah fatamorgana itu,
dan kaulah lingkar-lingkar air payaunya....

Kamis, 22 Januari 2009

We will not Go Down

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Let it Flow

Hidup dan nasib bisa berantakan, misterius, fantastis dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulan. Inilah fakta penciptaan yang tak terbantahkan. (Harun Yahya).


Semua proses melupakan (apapun) adalah bagian dari mengingat hal tersebut. Makanya banyak kejadian dimana manusia ingin melupakan sesuatu, namun yang terjadi justru sebaliknya. Semakin ingat. Lalu, kenapa tidak mencoba untuk membiarkannya mengalir? Mengalir berarti membiarkan semuanya seperti sedia kala, membiarkan malam tetap gelap dengan semua pernak-perniknya. Membiarkan matahari yang dengan kepongahan sinarnya menutupi malam, tanpa perlu mengingat/merindukannya (malam). Karena toh malam akan datang lagi. Mengalir hanya memindahkannya dari sungai kecil ke lautan luas dan matahari akan menyerapnya. Lalu awan akan menjatuhkannya lagi dalam bentuk hujan yang menentramkan. So, let it flow (kata siapa ini ya?). Eternal flame (The Bangles).


Close your eyes,
Give me your hand.
Darling, do you feel,
My heart beating?
Do you understand?
Do you feel the same?
Am I only dreaming?
Is this burning,
An eternal flame?

I believe it's
Meant to be.
Darling, I watch when,
You are sleeping,
You belong to me
Do you feel the same?
Am I only dreaming?
Or is this burning (burning),
An eternal flame?

Say my name,
Sun shines through the rain.
A whole life so lonely,
And then come and ease the pain.
I don't want to lose this feeling.
Ohh-ohhh.

Menginginkannya sepenuh hati, tapi juga merelakannya dengan segenap jiwa.


Sabtu, 10 Januari 2009

Baru 5%

Para mujahidin Palestina telah memperlihatkan gaya perlawanan yang professional. Ini bisa terlihat dari ketenangan para mujahidin, jaringan hubungan diantara mereka yang berjalan secara rahasia, penyergapan-penyergapan terhadap tentara Zionis dengan sangat rapi, dengan penuh keyakinan yang kuat, perang psikologis yang dilancarkan. Semua ini adalah bagian dari rahasia kemampuan perlawanan bukan saja terlihat dari ketegaran mereka, namun mereka juga dapat menangkis terus menerus serangan darat tentara zionis yang menyerang jalur Gaza secara sporadis.


Demikian sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ubaidah, pemimpin Brigade Izzuddin Al-Qassam-sayap militer Hamas- dan juga para pengamat Palestina, Abu Ubaidah, sebagai Komandan Lapangan Brigade Al-Qassam menyebutkan beberapa kejutan-kejutan yang dilakukan oleh para mujahidin terhadap tentara penjajah Israel seperti hantu mencari mati dan serta penyergapan-penyergapan yang erjalan rapih.



Abu Ubaidah juga menerangkan bahwa kelompok ‘hantu pencari mati’ adalah kelompok yang sudah terlatih sejak lama. Mereka disiapkan untuk melakukan perang terbuka melawan tentara Agresor Israel dan melakukan penyergapan barisn belakang para agresor.



Dia juga menyebutkan, salah satu keberhasilan operasi ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Al-Syahid Mahmud Al-Rifiy yang sejak bebarapa hari lalu menunggu kedatangan para tentara Zionis di gunung Al-Ries Timur Gaza. Al-rifiy hanya membekali dirinya dengan memakan korma dan air untuk selanjutnya menghantam pasukan khusus tentara Agresor Zionis yang telah memasuki wilayah tersebut..



Al-Rifiy berhasil meledakkan beberapa bom dan telah melukai babarapa tentara musuh. Kemudian dia membawa salah satu tentara Zionis sebagai tawanan namun kemudian dia dan tentara tersebut ditembak oleh helikopter Apache milik tentara Zionis.



Di samping operasi tersebut, pasukan Khusus Izzuddin Al-Qassam juga telah banyak menawan tentara agresor Israel saat mereka berusaha memasuki Jalur Gaza. Mereka bukannya mematahkan perlawanan para Mujahidin, tapi sebaliknya, justeru mendapat perlawanan yang mengejutkan dan akhirnya mereka berpikir ulang seribu kali untuk memasuki Jalur Gaza lebih dalam.



Abu Ubaidah juga menambahkah bahwa Brigade Al-Qassam belum mengeluarkan kekuatannya melainkan baru 5 % dari seluruh kekuatan para mujahidn Al-Qassam dalam menghadapi serangan darat tentara Zionis Israel.



Sejak 6 bulan lalu Al-Qassam telah melatih dan menyusun kekuatan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perang panjang melawan angkatan bersenjata Zionis Israel. Inilah sebab utama mengapa tentara zionis Israel menglami depresi berat melawan para berbagai Faksi Mujahidin Palestina yang dikomandani oleh Hamas.


sumber:warnaislam.com






Ini dia berita yang aku suka, tapi sulit dapetnya karena biasanya berita-berita yang kaya gini di eliminir. Maklum lah Israel sangat berkuasa di bidang media dan akhirnya yang kejadian adalah penipuan publik. Masih inget waktu Amerika nyerang Irak, waktu itu Al-Jazeera aja yang nyiarin pesawat Amerika yang kena tembak. Aneh kan, masa jaringan media sebesar CNN ga dapet gambar yang kaya gitu.

Dari Nidji untuk Palestina

Giring, vokalis Nidji berkali-kali meneriakkan kalimat, "Peace for Palestine" di acara musik di televisi. Sebuah bentuk penyampaian aspirasi seorang Giring, sekaligus seruan perdamaian yang strategis di depan jutaan penonton di seluruh Indonesia. Patut ditiru!


Serangan penjajah Israel hingga hari ke 15 sudah mengakibatkan lebih 800 orang meninggal dunia dan 3400 lainnya terluka. Sebagian dari korban itu adalah anak-anak, wanita dan lansia. Warga Palestina terjebak, terisolir di rumah-rumah mereka di Jalur Gaza tanpa makanan yang cukup dan kekurangan air bersih. Akibatnya, banyak warga, terutama anak-anak menderita kelaparan dan tidak sedikit yang jatuh sakit.



Penderitaan rakyat Palestina itu ternyata mengundang empati sebuah grup band asal Jakarta, Nidji yang dikomandani Giring. Dalam salah satu aksi panggungnya di sebuah acara Music by Request yang ditayangkan Stasiun televisi SCTV, Sabtu, 10 Januari 2009, Giring sang vokalis berkali-kali berteriak kepada penonton yang kebanyak remaja dan anak-anak muda, "Peace for Palestine... peace for Palestine"



Tidak hanya itu, bahkan dalam salah satu kesempatan di acara itu, Nidji menyanyikan lagu "Imagine" karya John Lennon. Di akhir lagu itu, Giring kembali meneriakkan "Peace for Palestine" sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V, yang diikuti oleh seluruh penonton.



Giring yang baru saja menunaikan ibadah haji tahun 1429 H lalu memang terlihat sedikit lebih religius. Panggilan "Pak Haji" sering dilontarkan penggemar dan para presenter setiap kali Giring tampil bersama Nidji di berbagai acara. Laskar Pelangi adalah salah satu lagu terbaru Nidji yang sedang terkenal sebagai soundtrack film Laskar Pelangi, dari buku dengan judul yang sama karya Andrea Hirata.



Teriakan "Peace for Palestine" darinya, meski dalam sebuah acara musik boleh dianggap sebagai bentuk empati yang patut diacungi jempol. Sebab, hingga hari ini tercatat hanya Giring -dan Nidji- dari sederet selebritis yang buka suara soal penderitaan rakyat Palestina. Tidak perlu berharap banyak memang, namun apa yang dilakukan Giring merupakan cara tersendiri seorang musisi menyuarakan aspirasinya soal Palestina. (gaw)




sumber:warnaislam.com

Selasa, 06 Januari 2009

Roronoa Zoro

Luka di lautan kehidupan membuatku semakin kuat,
sampai-sampai aku lupa rasa sakit itu apa.

Minggu, 04 Januari 2009

kapan ya?

Besok, untuk yang ketiga kalinya ikut munashoroh, tapi beda dengan dua yang terdahulu kali ini pengen berangkat dari Depok (my City). Oia ga lupa bareng Dio, mudah-mudahan dia bisa ikut. Sebelum jam 7 malam Dio sms ga bisa ikut karena harus balik ke Karawang. Dia udah kerja di sana (selamat ya io, udah masuk ke dunia yang baru. Semoga tetap bisa istiqomah, amiin). Sms yang menyedihkan. Pertama karena besok ga ada temen buat jalan bareng walaupun yakin pasti ketemu ma orang yang dikenal (mudah-mudahan alumni SMU 1, kalo bisa angkatan 2002) di Stasiun Depok baru. Ngebikin males juga sih, tapi hups ayo Santo tetep jalan untuk memberi sedikit semangat buat umat Islam Palestina dan juga membangkitkan semangat sendiri (hehe..). Alasan kedua, bakalan susah deh ketemu kawanku yang satu ini setelah dapet kerja di Karawang di perusahaan Jepang (bos sepertinya kau akan ke Jepang). Tempat yang diinginkannya, tapi tenang kawan, aku tetap senang ko dan kita tetap bisa saling mendo’akan bukan.


Pertama kali ikut munashoroh tuh kapan ya? Udah lumayan lama. Waktu itu ngerasa selamat karena munashoroh (save by the Taklimat). Jadi waktu itu pas LatSar 1, setelah acara malam (kreatifitas gitu deh) rencananya besoknya mau ada outbondnya (bagian terberat kayanya). Tapi secara tiba-tiba ada taklimat yang mengharuskan rombongan LatSar 1 harus ikut munashoroh, hehe. Huuups padahal badan udah pegel-pegel gara-gara lari keliling hutan. Konsekuensinya karena malam ga ada kendaraan, setelah dibangunin jam 2an kita harus jalan ke jalan raya. Lumayan jauh juga dan dipotong Qiyamullail dan sholat shubuh. Trus jalan lagi mpe ketemu angkot, carter mpe BNI terus naik bis ke Jakarta. Jadi deh satu rombongan belum ada yang mandi!!hiii bau badan siapa neh?


Munashoroh kedua si standar. Nah karena udah dua kali berangkatnya dari Bogor, pengen ngerasain dari Depok. So, langsung izin ke orang tua, Mi aku ke Jakarta ya. Setelah dapet ijin, buru-buru cabut. Ke Stasiun. Dan seperti yang sudah diterawang (halaah) ketemu juga ma ikwah-ikwah alumni SMU 1 Depok, tapi ga ada yang angkatan 2002. Ka Teguh, Putut, Radon, Fitrah, Jibran ma Rama. Sebenernya ada alumni-alumni yang lain, tapi ga kenal (angkatan 2005 ke atas kayanya).


Munashoroh yang bener-bener diharapkan. Karena lagi down banget dan bingung coz udah nyoba berbagai cara tapi ga up-up (apa coba? Maksudnya ga naek-naek gitu deh).....


Note:
Ini kejadian kapan ya? Ko ngga ada tanggalnya. Tadi pas liat-liat file komputer nemu banyak banget tulisan lama. Banyak yang belum jadi, malah ada yang cuma judul doank. hehehe, tulisan ini kayanya juga belum selesai deh.

Gelap

Gelap, gelap dan gelap. Padanya mata kehilangan fungsi. Dan kantuk-kantuk pun datang menyerang. Tak peduli dengan semua pekerjaan yang tersisa. Biarkan saja semuanya, ini adalah saat yang tepat untuk istirahat. Dan mereka, para maling, leluasa beraksi. Dengan insting atau bahkan mata yang setajam binatang. Gelap juga yang menghadirkan semua aroma mistik, takhayul, atau apalah lainnya. Pocong, kuntilanak, genderuwo, drakula, vampire semua tokoh itu serasa hidup padanya. Hadir dalam setiap khayal manusia dan terkadang menimbulkan ketakutan yang berlebih. Tapi gelap juga menghadirkan keindahan. Gemerlap bintang dan kemilau bulan salah satunya. Sungguh, padanya ada dua sisi yang berlawanan.

Segala hal di dunia ini memiliki pasangan

Duka yang Tenang

Hari pertama di tahun 2009.
Siang itu sebuah keyakinan tiba-tiba pecah berantakan. Aku tidak diterima bekerja. Ini bukan kali pertama, tapi entah kenapa aku merasa sangat menyakitkan. Mungkin karena aku sangat yakin bisa di terima di sana. Betapa tidak, 2 kali test, aku merasa selalu di tolong oleh Allah makanya keyakinan sampai pada titik tertinggi.


Siang itu aku menangis, sedih sekali rasanya. Hampir 1 jam aku menangis. Aku terus menghibur diri sendiri dengan semua kata-kata penyemangat yang kupunya. Apa lacur, air mataku tak mau mengering, dadaku rasanya sakit sekali. Menyakitkan, sangat menyakitkan. Semangatku sepertinya akan lumpuh lagi. Sampai kata-kata ini keluar:

“San, ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Agar kita lebih siap untuk kehilangan sesuatu yang lebih besar lagi”

Cobaan ini tidak seberapa di banding muslim Palestina, bukan?!



Hari kedua di tahun 2009.
Laksana kabut yang terus memudar karena cahaya matahari. Setiap arah kini terlihat. Hari ini pun aku merasakannya. Kemarin-kemarin pandanganku sepertinya sangat sempit. Munashoroh betul-betul membuka mataku pada keluasan makna itu.



Hari keempat di tahun 2009.
Dugaan ku tepat, tepat sekali. Aku tak ingin menangis karenanya. Aku tak ingin sakit karenanya. Tangis dan sakitku lebih pantas untuk Ar-Rayyan dan 10 orang anaknya, untuk Palestina. Hari ini aku menghadapinya dengan tenang, dengan sedikit menghela nafas. Kuhembuskan dengan perlahan bersamaan dengan semua perasaan itu. Karena aku tak pernah tahu mana yang terbaik untukku sampai aku menjalaninya. Karena rahasia Allah bukan untuk diterka, terima dan jalani dengan ikhlas karena Dia tahu yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Untuk sebuah kelapangan jiwa, berdukalah dengan tenang.


Duka ini,
Adalah duka yang tenang
Sepenuh kesungguhan
Aku menutup sepenggal episode kebersamaan
Sepenuh kesadaran
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan
Sepenuh jiwa
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam
Sepenuh keyakinan aku mengantarnya pergi
Dari jalan panjang hidupku ke depan

Aku berduka dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
Kehilangan ini adalah wajar adanya
Atas kepastian
Proses hidup memang demikian jalannya
Atas kepercayaan,
esok kan datang yang lainnya:
aku berduka dalam tenang
(azimah rahayu)

Aku bersyukur pada Mu ya Allah, karena jarak antara pelajaran dan ujian itu sangatlah pendek. Aku masih mengingat semuanya dengan sangat baik.

Karena hidup akan terus berjalan.

Sabtu, 03 Januari 2009

Aksi solidaritas untuk palestina

Asing, asing, asing dan terasing. Huuuh..Itu kesan pertama kemarin waktu mau berangkat aksi solidaritas palestina bareng rombongan DPC Sukmajaya. Bayangan awal sih bakalan ketemu sama alumni-alumni SMA 1 depok atau minimal alumni SMP 3 deh, ternyata....



Aku udah tahu info tentang aksi hari Rabu dan itu datangnya dari Bogor karena di Depok masih belum dapet kelompok. Langsung kepikiran jalan sendiri aja, paling nanti ketemu orang di stasiun. Lagi pula aksinya kan ba’da Jum’atan pasti pada kumpul dulu di Istiqlal. Kan gampang jadinya. Eh ga disangka sekitar jam 9 (tanggal 2 kemarin) dapet sms tentang kelompok sementara, sebelum dicariin yang tetap. Ok deh. Habis itu langsung disusul info (ta’limat ini mah) tentang aksi dan di paling bawah di kasih tau kalau DPC Sukmajaya nyediain bus. Hmmm, sekalian pengen ketemu sama kawan-kawan baru di DPC Sukamjaya deh, kali aja ada yang kenal. Ternyata...hiks hiks setelah setengah jam baru deh ada yang ajak ngobrol plus ngasih atribut. Ohhh ternyata dia juga hampir senasib denganku, tapi dia udah ada temen.


Sebelum berangkat baru deh aku ketemu bang Hilal. Beliau nih alumni SMA 1 Depok, tapi ko Istri dan tentara kecilnya ngga keliatan ya? Denger-denger sih udah punya anak. Bang Hilal kayanya naek motor, ya sudah aku bareng sama temen yang ngasih atribut tadi (lupa namanya). Dia alumni SMA 3 Depok angkatan 2002, temennya cokim. Beda dengan rombongan dari Bogor, biasanya kalo dari sana naek busnya yang rada bagus dan dapet makan (minimal snack lah), nah kalo dari sini naeknya miniarta. Sempit, berdiri pula. Biasanya kalo dari Bogor ikhwannya ada yang dapet tempat duduk. Setelah sampai di Istiqlal baru deh ketemu sama temen lama, Rita. Alumni SMA 1 Depok, ternyata dia dari tadi duduk di depan ku sambil bawa anaknya. Suaminya yang mana ya? Ga tau ah, buru-buru turun lantaran udah mau Jum’atan.


Pas masuk Istiqlal ada sms dari Miftah. Lanskap IPB angkatan 40, dia ngga ada temennya. Ya udah nanti ketemuan aja di bawah bola besi tepat di tengah masjid, posisiku pas Jum’atan. Ternyata Miftah ada di barisan depan, wuiiih dateng jam berapa tuh anak. Aku kalau bareng Miftah ga pernah serius. Akhirnya batal sih ketemuan di bawah bola besi karena di tasku nih ada sendal orang dan dia udah mau turun kan ngga enak. Ntar dia malah nyariin lagi. Ya sudah kita ketemuan di jalan aja tah. Rombongan Depok pake pita kuning.


Tema khutbah Jum’at hari ini juga tentang perang di Palestina sana. Hebat, aku ngga ngantuk sedikit pun, hehehe. Sholat Jum’atnya dilengkapi sama Qunut nafillah terus dilanjut shalat ghaib. Kayanya banyak yang ga perhatiin instruksinya imam sebelum sholat Jum’at di mulai deh soalnya pas mau Qunut banyak ma’mum yang malah sujud, hehehe. Jadi inget waktu kecil. Pertama kali sholat shubuh di musholla aku juga langsung sujud karena belum tau tentang Qunut-Qunutan, hehe.


Rutenya kali ini adalah Istiqlal-HI-kantor PBB-Kedubes AS-istiqlal. Waktu jalan ke HI aku ketemu guru SMP 3, Pak Oktori. Awalnya aku lupa nama beliau, tapi tetap ku sapa (dengan salam dan jabatan tangan) dan langsung tanya “masih di SMP 3 pak?” so beliau langsung ngerti kalau aku mantan muridnya. Beliau pun langsung tanya balik “angkatan berapa?”. Hehehe, sempet lupa juga, angkatan berapa ya. Setelah hitung mundur dari SMA (SMA angkatan 2002, kurangi 3 tahun) akhirnya “angkatan 99 pak”. Beliau langsung sambung lagi “owh angkatannya Nuris?”. Hiks, Nuris? Lupa lagi, alhamdulillah mikirnya ga terlalu lama “iya pak seangkatan sama Nuris”. Hups..berlanjut obrolan lainnya sambil jalan menuju HI. Pak Oktori ini guru Matematika. Beliau pernah ngajar di kelasku, tapi sebagai guru pengganti aja (lupa kelas berapa). Ciri khas beliau kalau ngajar itu suka mengecoh muridnya. Terutama pas bacain soal bagian angka. Jadi begini misalnya beliau ngasih soal (di bacain dan muridnya di minta untuk menulis dulu soalnya kan) pas bagian angka biasanya bacanya dilama-lamain, misal 317 beliau akan baca “tiga”, berhenti agak lama, kita kan udah pada nulis angka 3. Baru di sambung “ratus”. Beliau berhenti lagi. Ini mungkin ga ngebuat anak-anak terlalu protes karena tinggal tambahin 2 nol aja kan. Masalah muncul setelah itu, lantaran beliau nyambung angkanya lagi jadi “tujuh belas”. Baru deh anak-anak teriak “yaahhh” karena harus ngapus/nip-ex. Tapi kalau udah terbiasa ga masalah, cuma kadang tetep aja terkecoh karena jedanya beliau jadi lebih lama. Hihi, aneh kan.


Pas rombongan Depok udah lewatin Sarinah tiba-tiba peserta lain udah balik arah. Ternyata acara di Bunderan HI udah kelar dan rombongan utama udah ke arah gedung PBB. Ya udah kita pada balik lagi. Jadi kurang teratur keliatannya. Ada yang lebih mengkhawatirkan, aku kehilangan rombongan DPC. Waduuuh, jadilah sepanjang jalan aku celingak-celinguk nyari pita kuning. Yang jadi masalah satu Depok pakai pita kuning dan rombongan Sukmajaya cuma alumni SMA 3 itu aja yang kuinget mukanya. Alamat pulang sendiri nih. Oia Miftah, baru kuinget anak itu juga sendirian. Target lain cari Miftah juga. Males pulang sendirian. Pita-pita kuning dan Miftah! Hehehe.


Setelah dari gedung PBB perjalanan di lanjut ke Kedubes AS. Di sini malah ketemu banyak temen Bogor. Anak Fapet 41 (lupa namanya). Aryo, perikanan 41. Dia nih satu profesi sama Usman, SR (Senior Residence). Penjaga Asrama (ngga elit banget deh penjaga, hehe). Ferdes, TIN41. Ferdes juga SR. Beberapa ikhwan lainnya aku lupa namanya, termasuk anak FBI itu. Hihi. Wah berarti rombongan Bogor deket-deket sini. Hups ternyata aku salah duga karena kata Aryo, dia berangkat sendiri. Hohoho.


Terus ketemu Arizia, Fahutan. Nah ini baru rombongan Bogor. Arizia bilang kalau Dia lagi ngawal akhwatnya, sedangkan ikhwannya udah jauh di depan. Hohoho, aku tinggalin aje deh Arizia, habis di belakang ternyata akhwat Bogor semua. Ada Ulfa pula, malu ah, udah ngga bertanggung jawab sama amanah sekolah. Hiks, maaf ya Fa. Sebetulnya memang jumlah akhwat lebih banyak dan sejak awal sering banget ada di tengah-tengah akhwat. Masih mending sih ketimbang ditengah-tengah mereka yang sudah berpasangan, hihihi (mupeng, mode on).


Akhirnya ngeliat pita-pita kuning, tapi akhwat dan satu masalah lagi apakah mereka dari DPC Sukmajaya? Istirahat aja deh, sambil makan buah. Dari rumah kurang persiapan, ga bawa air minum, ga bawa topi, apalagi makanan. Di sini malah ketemu Pak Sugiyono dan Pak Dahrul. Pak Sugi itu dosen TPG. Ada yang menarik tentang pak Sugi. Aku di ajar pak Sugi 2 (atau 3 kali). Pertama di semester 4, mata kuliah KBP (kepanjangannya apa ya?). Di kuliah ini pak Sugi sangat tidak menerima mahasiswa yang telat, langsung disuruh keluar. Di akhir smeeter ada kusioner tentang mata kulaih tersebut serta pesan dan kesan. Aku nulis kira-kira begini “pak, di antara orang-orang yang telat mungkin ada yang sangat ingin kuliah, makanya mereka tetap mencoba masuk........” Intinya itulah. Ternyata di semester berikutnya beliau membolehkan yang telat untuk masuk. Wooow, berubah banget! Lawakan pak Sugi yang masih kuinget “saya ngga pernah makan siang! saya makan nasi”, hehehe. Dulu pak Sugi pernah marah, lupa karena apa. Marahnya itu ngerembet ke yang lain. Salah satu yang kena rembetannya tuh Sarwo (anak bimbingnya beliau sendiri). Sarwo tuh di bilang “kamu nih dari tadi malah nyanyi, dzolim kamu”. Padahal menurt Sarwo dia dari tidur. Hehehe, itu jadi bahan buat ledekin Sarwo.


Nah kalau pak Dahrul ini Ketua Departemen TPG sekaligus dosen mata kuliah Biokimia Pangan (Biokim). Mata kuliah yang ku ambil sampai tiga kali dan tetep dapet D. Haduuuh, nyerah deh. Sampai-sampai beliau bilang “kok kamu lagi”. Hehehe. Hukum karl marx nih. Di kesempatan yang pertama (semester 3) pas mau ujian, malemnya aku masih di Puncak. Hahahaha. Hancur deh tuh.


Setelah ketemu beliau berdua, aku ketemu mas Fahri, FEM39. Beliau nih supervisornya PPSDMS. Suaranya pelan, suka melucu juga. Aku dapet istilah James Bond dari beliau. James Bond tuh artinya jaga mesjid dan kebon. Ada-ada aja deh.


Lanjut jalan lagi ke Kedubes AS. Miftah sms dia ada di patung burung Merak, halaah di mana itu? Lagi merhatiin pita-pita kuning bergerak, eh malah ketemu mas Ibot (TPG38) dan isteri, plus mas Acank (TPG38). Pengantin baru dan satu pengganggu, hihihi, jadi dua pengganggu deh sama aku. Hehehe. Aku udah sedikit frustasi nggak liat rombongan DPC Sukmajaya. Ya udahlah bareng mereka aja, ntar pulang sendiri naek kereta. Mudah-mudahan ketemu Miftah. Oia ketemu sama Ahmad juga, Fahutan 40. tentang Ahmad, dia nih yang dulu di suruh manjat tiang listrik waktu masang atributnya SAE, calon Bupati Bogor. Setelah selesai aku bareng Ahmad jalan ke Istiqlal (kepisah juga sama mas Ibot dan mas Acang) buat sholat Ashar. Ternyata eh ternyata, ketemu Miftah. Hehehe, emang jodoh ya tah. Okey ada temen pulang. Sampai rumah, rasanya capek banget, tapi begitu denger ada pimpinan Hamas yang tewas beserta 10 orang anaknya “ya Allah, pegorbanan dan semua lelah ini belum ada apa-apanya”.
Udah ah ceritanya.


Note.
4 halaman bow. Kenapa mau nulis panjang-panjang. Karena munashoroh selalu berkesan. Munashoroh pertama (yang kuikuti) itu pas Latsar Kepanduan. Malemnya ada ta’limat agar semua yang sedang Latsar ikut ke Jakarta. Wuiih, acara pun dipotong cuma sampe malam minggu aja. Aku ngerasa selamet banget, coz rencananya hari minggu tuh yang paling berat. Padahal sabtu sore udah hampir pingsan waktu lari ngelilingin hutan jati. Hihi, save by the ta’limat. Sekitar jam 2 pagi kita turun. Hampir 3 jam kita jalan (dipotong sholat malem dan shubuh), buat nyari kendaraan ke Dermaga (di sana udah disiapin bus). Terus munashoroh-munashoroh berikutnya pas banget lagi turun. Pas munashoroh pasti kan penuh dengan semangat, ya buat charge diri lah. Pun yang kemarin, ngaji kan lagi putus dan aku rada males ngurusin. Tapi tiba-tiba ada semangat lagi, makanya hari kamis itu coba telepon mas ihsan (tapi ngga ada yang ngangkat). Langsung malemnya kirim email ke yang lama, ngasih tau kabar. Sebetulnya pernah di kasih kontak DPC Sukmajaya, tapi lupa di save dan catatan panggilan HP banyak nomor yang ga jelas. Yang mana nomor DPC aku ngga tau deh. Alhamdulillah, beres semua.


Temen nulis:
Michael Jackson-Give Thanks to Allah
Brothers-Pohon Hijau
Brothers-Teman sejati
Brothers-Untukmu Teman
Brothers-Do’a Perpisahan
Izzis-Rabithah
Izzis-Negeri yang Terlupa
Izzis-Seruan
Ar Ruhul Jadid
Shoutul Harokah-Merah saga
Shoutul Harokah-Palestina Tercinta

Tekanan

Kau kenal dengan makhluk yang satu itu? Yang mana? Itu yang sedang melangkah cepat ke arah sini? Owhhh, yang itu!


Namanya tekanan, akhir-akhir ini dia memang sering mengunjugiku. Silaturrahim katanya. Sstttt, ini sedikit rahasia, sebetulnya aku tidak terlalu suka dengan kehadirannya. Mangkanya (kata yang aneh, oleh karena itu maksudnya) dia lebih sering datang tanpa memberitahu, dari arah belakang dan tiba-tiba langsung menyergapku. Memeluk dengan erat sampai aku kesulitan bernafas lalu menangis. Kalau aku sudah menangis, dia perlahan-lahan akan melepaskan pelukannya, tapi tetap berada di dekatku. Memperhatikanku dari sudut sana dan akan tetap di sana sampai aku terlelap tidur. Kadang dia datang juga dalam mimpiku, sepertinya pelukan erat belum cukup untuk melepas kerinduannya.

Tentang Rindu

Siapa bintang terbesar di akhir tahun lalu? Kalau pertanyaan itu datang padaku, maka jawabannya adalah Rindu. Ya rindu. Rindu adalah bintang yang memukau dan mampu membuat kita terus berharap, bahkan lebih dari itu dia juga menghadirkan kepiluan. Tangis yang tak terjawab dan mungkin tanpa alasan (bagi orang lain yang melihatnya). Karena memang rindu identik dengan peran-peran kesedihan, seperti bintang lain yang identik dengan peran antagonis. Rindu juga terlalu piawai bermain disitu, memandu para penggemarnya untuk terus berharap dan tanpa sadar sebagian dari mereka kemudian menangis. Aneh sekali.


Sedikit cerita tentang rindu. Yang ku tahu rindu adalah anak tunggal cinta dan kasih sayang. Kakeknya adalah pertemuan. Namun rindu sangatlah berbeda dengan kakeknya apalagi dengan orang tuanya. Kakeknya, yang juga seorang bintang pada masanya, mampu memainkan berbagai peran. Sekalipun peran itu adalah peran ketidaksengajaan, tanpa skenario. Pada kenyataannya memang adegan tanpa skenario itulah ciri khas pertemuan. Peran itu justru mampu menghadirkan berbagai kesan bagi penggemarnya. Kemarahan, keceriaan dan kesan-kesan pertama lain yang nantinya mampu mengubah alur hidup penggemarnya. Sangat berbeda dengan rindu.


Pun bila dibandingkan dengan cinta dan kasih sayang, orang tuanya. Cinta dan kasih sayang adalah bintang pada episode-episode kebahagian. Para penggemarnya akan di bawa pada suatu tingkatan di mana hidup terasa sangat berarti bahkan sebagian dari mereka merasa memiliki dunia ini atau lebih ekstrim lagi, mereka (para penggemar cinta dan kasih sayang) menganggap sudah mencapai kenikmatan surga. Cinta dan kasih sayang akan menorehkan senyum pada wajah penggemarnya. Kalaupun ada airmata maka itu adalah air mata kebahagiaan.


Kau tahu kenapa rindu tidak mewarisi itu semua? Karena rindu tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, apalagi kakeknya. Mereka semua, bagi rindu, adalah sebuah kenangan mendalam. Rindu tidak pernah tahu bagaimana kehidupan mereka karena dia di besarkan oleh perpisahan, bintang yang masih bertalian saudara dengan kakeknya. Bintang yang selalu mengambil peran berlawanan dengan pertemuan, kakek rindu. Bintang yang selalu menghadirkan tangis. Rindu pun mengutip keahlian itu.


Satu hal yang tetap ada pada rindu sebagai suatu sifat turun temurun (pada kenyataannya mereka memang bertalian) adalah sifatnya yang tidak sombong. Rindu tidak akan pernah segan menyapa para penggemarnya, dari status sosial apapun, bahkan tukang bubur sekalipun! Seperti juga pertemuan, cinta dan kasih sayang, serta perpisahan sifat itu sangat dominan ada pada rindu. Tidak kenal ruang dan waktu.


Aku rindu kalian semua.



Finish at. 7.40. Jum’at 2 Januari 2009.


Catatan:
Ide tulisannya (pertemuan-cinta/kasih sayang-perpisahan-rindu) hadir pada 5 Oktober 2008. Sesat setelah berpisah dengan temen-temen SMA. Karena aku sadar, tahun-tahun ke depan mungkin akan sulit untuk kumpul lagi. Satu orang personil kami sudah menikah, bahkan sudah mempunyai anak. Aku membayangkan mungkin sangat menyenangkan ketika kami bertemu suatu saat nanti dengan membawa anak-anak kami. Cerita yang kami bawakan mungkin tetap sama, tapi jelas kebebasannya terbatas. Peristiwa-peristiwa setelah itu pun mengguratkan rindu dan rindu. Jadilah kini aku sedang di landa euforia kerinduan. Kerinduan pada semua hal masa lalu ku. Karena rindu takkan pernah hadir tanpa masa lalu.