Laman

Kamis, 22 Januari 2009

We will not Go Down

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Let it Flow

Hidup dan nasib bisa berantakan, misterius, fantastis dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulan. Inilah fakta penciptaan yang tak terbantahkan. (Harun Yahya).


Semua proses melupakan (apapun) adalah bagian dari mengingat hal tersebut. Makanya banyak kejadian dimana manusia ingin melupakan sesuatu, namun yang terjadi justru sebaliknya. Semakin ingat. Lalu, kenapa tidak mencoba untuk membiarkannya mengalir? Mengalir berarti membiarkan semuanya seperti sedia kala, membiarkan malam tetap gelap dengan semua pernak-perniknya. Membiarkan matahari yang dengan kepongahan sinarnya menutupi malam, tanpa perlu mengingat/merindukannya (malam). Karena toh malam akan datang lagi. Mengalir hanya memindahkannya dari sungai kecil ke lautan luas dan matahari akan menyerapnya. Lalu awan akan menjatuhkannya lagi dalam bentuk hujan yang menentramkan. So, let it flow (kata siapa ini ya?). Eternal flame (The Bangles).


Close your eyes,
Give me your hand.
Darling, do you feel,
My heart beating?
Do you understand?
Do you feel the same?
Am I only dreaming?
Is this burning,
An eternal flame?

I believe it's
Meant to be.
Darling, I watch when,
You are sleeping,
You belong to me
Do you feel the same?
Am I only dreaming?
Or is this burning (burning),
An eternal flame?

Say my name,
Sun shines through the rain.
A whole life so lonely,
And then come and ease the pain.
I don't want to lose this feeling.
Ohh-ohhh.

Menginginkannya sepenuh hati, tapi juga merelakannya dengan segenap jiwa.


Sabtu, 10 Januari 2009

Baru 5%

Para mujahidin Palestina telah memperlihatkan gaya perlawanan yang professional. Ini bisa terlihat dari ketenangan para mujahidin, jaringan hubungan diantara mereka yang berjalan secara rahasia, penyergapan-penyergapan terhadap tentara Zionis dengan sangat rapi, dengan penuh keyakinan yang kuat, perang psikologis yang dilancarkan. Semua ini adalah bagian dari rahasia kemampuan perlawanan bukan saja terlihat dari ketegaran mereka, namun mereka juga dapat menangkis terus menerus serangan darat tentara zionis yang menyerang jalur Gaza secara sporadis.


Demikian sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ubaidah, pemimpin Brigade Izzuddin Al-Qassam-sayap militer Hamas- dan juga para pengamat Palestina, Abu Ubaidah, sebagai Komandan Lapangan Brigade Al-Qassam menyebutkan beberapa kejutan-kejutan yang dilakukan oleh para mujahidin terhadap tentara penjajah Israel seperti hantu mencari mati dan serta penyergapan-penyergapan yang erjalan rapih.



Abu Ubaidah juga menerangkan bahwa kelompok ‘hantu pencari mati’ adalah kelompok yang sudah terlatih sejak lama. Mereka disiapkan untuk melakukan perang terbuka melawan tentara Agresor Israel dan melakukan penyergapan barisn belakang para agresor.



Dia juga menyebutkan, salah satu keberhasilan operasi ini adalah apa yang telah dilakukan oleh Al-Syahid Mahmud Al-Rifiy yang sejak bebarapa hari lalu menunggu kedatangan para tentara Zionis di gunung Al-Ries Timur Gaza. Al-rifiy hanya membekali dirinya dengan memakan korma dan air untuk selanjutnya menghantam pasukan khusus tentara Agresor Zionis yang telah memasuki wilayah tersebut..



Al-Rifiy berhasil meledakkan beberapa bom dan telah melukai babarapa tentara musuh. Kemudian dia membawa salah satu tentara Zionis sebagai tawanan namun kemudian dia dan tentara tersebut ditembak oleh helikopter Apache milik tentara Zionis.



Di samping operasi tersebut, pasukan Khusus Izzuddin Al-Qassam juga telah banyak menawan tentara agresor Israel saat mereka berusaha memasuki Jalur Gaza. Mereka bukannya mematahkan perlawanan para Mujahidin, tapi sebaliknya, justeru mendapat perlawanan yang mengejutkan dan akhirnya mereka berpikir ulang seribu kali untuk memasuki Jalur Gaza lebih dalam.



Abu Ubaidah juga menambahkah bahwa Brigade Al-Qassam belum mengeluarkan kekuatannya melainkan baru 5 % dari seluruh kekuatan para mujahidn Al-Qassam dalam menghadapi serangan darat tentara Zionis Israel.



Sejak 6 bulan lalu Al-Qassam telah melatih dan menyusun kekuatan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perang panjang melawan angkatan bersenjata Zionis Israel. Inilah sebab utama mengapa tentara zionis Israel menglami depresi berat melawan para berbagai Faksi Mujahidin Palestina yang dikomandani oleh Hamas.


sumber:warnaislam.com






Ini dia berita yang aku suka, tapi sulit dapetnya karena biasanya berita-berita yang kaya gini di eliminir. Maklum lah Israel sangat berkuasa di bidang media dan akhirnya yang kejadian adalah penipuan publik. Masih inget waktu Amerika nyerang Irak, waktu itu Al-Jazeera aja yang nyiarin pesawat Amerika yang kena tembak. Aneh kan, masa jaringan media sebesar CNN ga dapet gambar yang kaya gitu.

Dari Nidji untuk Palestina

Giring, vokalis Nidji berkali-kali meneriakkan kalimat, "Peace for Palestine" di acara musik di televisi. Sebuah bentuk penyampaian aspirasi seorang Giring, sekaligus seruan perdamaian yang strategis di depan jutaan penonton di seluruh Indonesia. Patut ditiru!


Serangan penjajah Israel hingga hari ke 15 sudah mengakibatkan lebih 800 orang meninggal dunia dan 3400 lainnya terluka. Sebagian dari korban itu adalah anak-anak, wanita dan lansia. Warga Palestina terjebak, terisolir di rumah-rumah mereka di Jalur Gaza tanpa makanan yang cukup dan kekurangan air bersih. Akibatnya, banyak warga, terutama anak-anak menderita kelaparan dan tidak sedikit yang jatuh sakit.



Penderitaan rakyat Palestina itu ternyata mengundang empati sebuah grup band asal Jakarta, Nidji yang dikomandani Giring. Dalam salah satu aksi panggungnya di sebuah acara Music by Request yang ditayangkan Stasiun televisi SCTV, Sabtu, 10 Januari 2009, Giring sang vokalis berkali-kali berteriak kepada penonton yang kebanyak remaja dan anak-anak muda, "Peace for Palestine... peace for Palestine"



Tidak hanya itu, bahkan dalam salah satu kesempatan di acara itu, Nidji menyanyikan lagu "Imagine" karya John Lennon. Di akhir lagu itu, Giring kembali meneriakkan "Peace for Palestine" sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V, yang diikuti oleh seluruh penonton.



Giring yang baru saja menunaikan ibadah haji tahun 1429 H lalu memang terlihat sedikit lebih religius. Panggilan "Pak Haji" sering dilontarkan penggemar dan para presenter setiap kali Giring tampil bersama Nidji di berbagai acara. Laskar Pelangi adalah salah satu lagu terbaru Nidji yang sedang terkenal sebagai soundtrack film Laskar Pelangi, dari buku dengan judul yang sama karya Andrea Hirata.



Teriakan "Peace for Palestine" darinya, meski dalam sebuah acara musik boleh dianggap sebagai bentuk empati yang patut diacungi jempol. Sebab, hingga hari ini tercatat hanya Giring -dan Nidji- dari sederet selebritis yang buka suara soal penderitaan rakyat Palestina. Tidak perlu berharap banyak memang, namun apa yang dilakukan Giring merupakan cara tersendiri seorang musisi menyuarakan aspirasinya soal Palestina. (gaw)




sumber:warnaislam.com

Selasa, 06 Januari 2009

Roronoa Zoro

Luka di lautan kehidupan membuatku semakin kuat,
sampai-sampai aku lupa rasa sakit itu apa.

Minggu, 04 Januari 2009

kapan ya?

Besok, untuk yang ketiga kalinya ikut munashoroh, tapi beda dengan dua yang terdahulu kali ini pengen berangkat dari Depok (my City). Oia ga lupa bareng Dio, mudah-mudahan dia bisa ikut. Sebelum jam 7 malam Dio sms ga bisa ikut karena harus balik ke Karawang. Dia udah kerja di sana (selamat ya io, udah masuk ke dunia yang baru. Semoga tetap bisa istiqomah, amiin). Sms yang menyedihkan. Pertama karena besok ga ada temen buat jalan bareng walaupun yakin pasti ketemu ma orang yang dikenal (mudah-mudahan alumni SMU 1, kalo bisa angkatan 2002) di Stasiun Depok baru. Ngebikin males juga sih, tapi hups ayo Santo tetep jalan untuk memberi sedikit semangat buat umat Islam Palestina dan juga membangkitkan semangat sendiri (hehe..). Alasan kedua, bakalan susah deh ketemu kawanku yang satu ini setelah dapet kerja di Karawang di perusahaan Jepang (bos sepertinya kau akan ke Jepang). Tempat yang diinginkannya, tapi tenang kawan, aku tetap senang ko dan kita tetap bisa saling mendo’akan bukan.


Pertama kali ikut munashoroh tuh kapan ya? Udah lumayan lama. Waktu itu ngerasa selamat karena munashoroh (save by the Taklimat). Jadi waktu itu pas LatSar 1, setelah acara malam (kreatifitas gitu deh) rencananya besoknya mau ada outbondnya (bagian terberat kayanya). Tapi secara tiba-tiba ada taklimat yang mengharuskan rombongan LatSar 1 harus ikut munashoroh, hehe. Huuups padahal badan udah pegel-pegel gara-gara lari keliling hutan. Konsekuensinya karena malam ga ada kendaraan, setelah dibangunin jam 2an kita harus jalan ke jalan raya. Lumayan jauh juga dan dipotong Qiyamullail dan sholat shubuh. Trus jalan lagi mpe ketemu angkot, carter mpe BNI terus naik bis ke Jakarta. Jadi deh satu rombongan belum ada yang mandi!!hiii bau badan siapa neh?


Munashoroh kedua si standar. Nah karena udah dua kali berangkatnya dari Bogor, pengen ngerasain dari Depok. So, langsung izin ke orang tua, Mi aku ke Jakarta ya. Setelah dapet ijin, buru-buru cabut. Ke Stasiun. Dan seperti yang sudah diterawang (halaah) ketemu juga ma ikwah-ikwah alumni SMU 1 Depok, tapi ga ada yang angkatan 2002. Ka Teguh, Putut, Radon, Fitrah, Jibran ma Rama. Sebenernya ada alumni-alumni yang lain, tapi ga kenal (angkatan 2005 ke atas kayanya).


Munashoroh yang bener-bener diharapkan. Karena lagi down banget dan bingung coz udah nyoba berbagai cara tapi ga up-up (apa coba? Maksudnya ga naek-naek gitu deh).....


Note:
Ini kejadian kapan ya? Ko ngga ada tanggalnya. Tadi pas liat-liat file komputer nemu banyak banget tulisan lama. Banyak yang belum jadi, malah ada yang cuma judul doank. hehehe, tulisan ini kayanya juga belum selesai deh.

Gelap

Gelap, gelap dan gelap. Padanya mata kehilangan fungsi. Dan kantuk-kantuk pun datang menyerang. Tak peduli dengan semua pekerjaan yang tersisa. Biarkan saja semuanya, ini adalah saat yang tepat untuk istirahat. Dan mereka, para maling, leluasa beraksi. Dengan insting atau bahkan mata yang setajam binatang. Gelap juga yang menghadirkan semua aroma mistik, takhayul, atau apalah lainnya. Pocong, kuntilanak, genderuwo, drakula, vampire semua tokoh itu serasa hidup padanya. Hadir dalam setiap khayal manusia dan terkadang menimbulkan ketakutan yang berlebih. Tapi gelap juga menghadirkan keindahan. Gemerlap bintang dan kemilau bulan salah satunya. Sungguh, padanya ada dua sisi yang berlawanan.

Segala hal di dunia ini memiliki pasangan

Duka yang Tenang

Hari pertama di tahun 2009.
Siang itu sebuah keyakinan tiba-tiba pecah berantakan. Aku tidak diterima bekerja. Ini bukan kali pertama, tapi entah kenapa aku merasa sangat menyakitkan. Mungkin karena aku sangat yakin bisa di terima di sana. Betapa tidak, 2 kali test, aku merasa selalu di tolong oleh Allah makanya keyakinan sampai pada titik tertinggi.


Siang itu aku menangis, sedih sekali rasanya. Hampir 1 jam aku menangis. Aku terus menghibur diri sendiri dengan semua kata-kata penyemangat yang kupunya. Apa lacur, air mataku tak mau mengering, dadaku rasanya sakit sekali. Menyakitkan, sangat menyakitkan. Semangatku sepertinya akan lumpuh lagi. Sampai kata-kata ini keluar:

“San, ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Agar kita lebih siap untuk kehilangan sesuatu yang lebih besar lagi”

Cobaan ini tidak seberapa di banding muslim Palestina, bukan?!



Hari kedua di tahun 2009.
Laksana kabut yang terus memudar karena cahaya matahari. Setiap arah kini terlihat. Hari ini pun aku merasakannya. Kemarin-kemarin pandanganku sepertinya sangat sempit. Munashoroh betul-betul membuka mataku pada keluasan makna itu.



Hari keempat di tahun 2009.
Dugaan ku tepat, tepat sekali. Aku tak ingin menangis karenanya. Aku tak ingin sakit karenanya. Tangis dan sakitku lebih pantas untuk Ar-Rayyan dan 10 orang anaknya, untuk Palestina. Hari ini aku menghadapinya dengan tenang, dengan sedikit menghela nafas. Kuhembuskan dengan perlahan bersamaan dengan semua perasaan itu. Karena aku tak pernah tahu mana yang terbaik untukku sampai aku menjalaninya. Karena rahasia Allah bukan untuk diterka, terima dan jalani dengan ikhlas karena Dia tahu yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Untuk sebuah kelapangan jiwa, berdukalah dengan tenang.


Duka ini,
Adalah duka yang tenang
Sepenuh kesungguhan
Aku menutup sepenggal episode kebersamaan
Sepenuh kesadaran
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan
Sepenuh jiwa
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam
Sepenuh keyakinan aku mengantarnya pergi
Dari jalan panjang hidupku ke depan

Aku berduka dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
Kehilangan ini adalah wajar adanya
Atas kepastian
Proses hidup memang demikian jalannya
Atas kepercayaan,
esok kan datang yang lainnya:
aku berduka dalam tenang
(azimah rahayu)

Aku bersyukur pada Mu ya Allah, karena jarak antara pelajaran dan ujian itu sangatlah pendek. Aku masih mengingat semuanya dengan sangat baik.

Karena hidup akan terus berjalan.

Sabtu, 03 Januari 2009

Aksi solidaritas untuk palestina

Asing, asing, asing dan terasing. Huuuh..Itu kesan pertama kemarin waktu mau berangkat aksi solidaritas palestina bareng rombongan DPC Sukmajaya. Bayangan awal sih bakalan ketemu sama alumni-alumni SMA 1 depok atau minimal alumni SMP 3 deh, ternyata....



Aku udah tahu info tentang aksi hari Rabu dan itu datangnya dari Bogor karena di Depok masih belum dapet kelompok. Langsung kepikiran jalan sendiri aja, paling nanti ketemu orang di stasiun. Lagi pula aksinya kan ba’da Jum’atan pasti pada kumpul dulu di Istiqlal. Kan gampang jadinya. Eh ga disangka sekitar jam 9 (tanggal 2 kemarin) dapet sms tentang kelompok sementara, sebelum dicariin yang tetap. Ok deh. Habis itu langsung disusul info (ta’limat ini mah) tentang aksi dan di paling bawah di kasih tau kalau DPC Sukmajaya nyediain bus. Hmmm, sekalian pengen ketemu sama kawan-kawan baru di DPC Sukamjaya deh, kali aja ada yang kenal. Ternyata...hiks hiks setelah setengah jam baru deh ada yang ajak ngobrol plus ngasih atribut. Ohhh ternyata dia juga hampir senasib denganku, tapi dia udah ada temen.


Sebelum berangkat baru deh aku ketemu bang Hilal. Beliau nih alumni SMA 1 Depok, tapi ko Istri dan tentara kecilnya ngga keliatan ya? Denger-denger sih udah punya anak. Bang Hilal kayanya naek motor, ya sudah aku bareng sama temen yang ngasih atribut tadi (lupa namanya). Dia alumni SMA 3 Depok angkatan 2002, temennya cokim. Beda dengan rombongan dari Bogor, biasanya kalo dari sana naek busnya yang rada bagus dan dapet makan (minimal snack lah), nah kalo dari sini naeknya miniarta. Sempit, berdiri pula. Biasanya kalo dari Bogor ikhwannya ada yang dapet tempat duduk. Setelah sampai di Istiqlal baru deh ketemu sama temen lama, Rita. Alumni SMA 1 Depok, ternyata dia dari tadi duduk di depan ku sambil bawa anaknya. Suaminya yang mana ya? Ga tau ah, buru-buru turun lantaran udah mau Jum’atan.


Pas masuk Istiqlal ada sms dari Miftah. Lanskap IPB angkatan 40, dia ngga ada temennya. Ya udah nanti ketemuan aja di bawah bola besi tepat di tengah masjid, posisiku pas Jum’atan. Ternyata Miftah ada di barisan depan, wuiiih dateng jam berapa tuh anak. Aku kalau bareng Miftah ga pernah serius. Akhirnya batal sih ketemuan di bawah bola besi karena di tasku nih ada sendal orang dan dia udah mau turun kan ngga enak. Ntar dia malah nyariin lagi. Ya sudah kita ketemuan di jalan aja tah. Rombongan Depok pake pita kuning.


Tema khutbah Jum’at hari ini juga tentang perang di Palestina sana. Hebat, aku ngga ngantuk sedikit pun, hehehe. Sholat Jum’atnya dilengkapi sama Qunut nafillah terus dilanjut shalat ghaib. Kayanya banyak yang ga perhatiin instruksinya imam sebelum sholat Jum’at di mulai deh soalnya pas mau Qunut banyak ma’mum yang malah sujud, hehehe. Jadi inget waktu kecil. Pertama kali sholat shubuh di musholla aku juga langsung sujud karena belum tau tentang Qunut-Qunutan, hehe.


Rutenya kali ini adalah Istiqlal-HI-kantor PBB-Kedubes AS-istiqlal. Waktu jalan ke HI aku ketemu guru SMP 3, Pak Oktori. Awalnya aku lupa nama beliau, tapi tetap ku sapa (dengan salam dan jabatan tangan) dan langsung tanya “masih di SMP 3 pak?” so beliau langsung ngerti kalau aku mantan muridnya. Beliau pun langsung tanya balik “angkatan berapa?”. Hehehe, sempet lupa juga, angkatan berapa ya. Setelah hitung mundur dari SMA (SMA angkatan 2002, kurangi 3 tahun) akhirnya “angkatan 99 pak”. Beliau langsung sambung lagi “owh angkatannya Nuris?”. Hiks, Nuris? Lupa lagi, alhamdulillah mikirnya ga terlalu lama “iya pak seangkatan sama Nuris”. Hups..berlanjut obrolan lainnya sambil jalan menuju HI. Pak Oktori ini guru Matematika. Beliau pernah ngajar di kelasku, tapi sebagai guru pengganti aja (lupa kelas berapa). Ciri khas beliau kalau ngajar itu suka mengecoh muridnya. Terutama pas bacain soal bagian angka. Jadi begini misalnya beliau ngasih soal (di bacain dan muridnya di minta untuk menulis dulu soalnya kan) pas bagian angka biasanya bacanya dilama-lamain, misal 317 beliau akan baca “tiga”, berhenti agak lama, kita kan udah pada nulis angka 3. Baru di sambung “ratus”. Beliau berhenti lagi. Ini mungkin ga ngebuat anak-anak terlalu protes karena tinggal tambahin 2 nol aja kan. Masalah muncul setelah itu, lantaran beliau nyambung angkanya lagi jadi “tujuh belas”. Baru deh anak-anak teriak “yaahhh” karena harus ngapus/nip-ex. Tapi kalau udah terbiasa ga masalah, cuma kadang tetep aja terkecoh karena jedanya beliau jadi lebih lama. Hihi, aneh kan.


Pas rombongan Depok udah lewatin Sarinah tiba-tiba peserta lain udah balik arah. Ternyata acara di Bunderan HI udah kelar dan rombongan utama udah ke arah gedung PBB. Ya udah kita pada balik lagi. Jadi kurang teratur keliatannya. Ada yang lebih mengkhawatirkan, aku kehilangan rombongan DPC. Waduuuh, jadilah sepanjang jalan aku celingak-celinguk nyari pita kuning. Yang jadi masalah satu Depok pakai pita kuning dan rombongan Sukmajaya cuma alumni SMA 3 itu aja yang kuinget mukanya. Alamat pulang sendiri nih. Oia Miftah, baru kuinget anak itu juga sendirian. Target lain cari Miftah juga. Males pulang sendirian. Pita-pita kuning dan Miftah! Hehehe.


Setelah dari gedung PBB perjalanan di lanjut ke Kedubes AS. Di sini malah ketemu banyak temen Bogor. Anak Fapet 41 (lupa namanya). Aryo, perikanan 41. Dia nih satu profesi sama Usman, SR (Senior Residence). Penjaga Asrama (ngga elit banget deh penjaga, hehe). Ferdes, TIN41. Ferdes juga SR. Beberapa ikhwan lainnya aku lupa namanya, termasuk anak FBI itu. Hihi. Wah berarti rombongan Bogor deket-deket sini. Hups ternyata aku salah duga karena kata Aryo, dia berangkat sendiri. Hohoho.


Terus ketemu Arizia, Fahutan. Nah ini baru rombongan Bogor. Arizia bilang kalau Dia lagi ngawal akhwatnya, sedangkan ikhwannya udah jauh di depan. Hohoho, aku tinggalin aje deh Arizia, habis di belakang ternyata akhwat Bogor semua. Ada Ulfa pula, malu ah, udah ngga bertanggung jawab sama amanah sekolah. Hiks, maaf ya Fa. Sebetulnya memang jumlah akhwat lebih banyak dan sejak awal sering banget ada di tengah-tengah akhwat. Masih mending sih ketimbang ditengah-tengah mereka yang sudah berpasangan, hihihi (mupeng, mode on).


Akhirnya ngeliat pita-pita kuning, tapi akhwat dan satu masalah lagi apakah mereka dari DPC Sukmajaya? Istirahat aja deh, sambil makan buah. Dari rumah kurang persiapan, ga bawa air minum, ga bawa topi, apalagi makanan. Di sini malah ketemu Pak Sugiyono dan Pak Dahrul. Pak Sugi itu dosen TPG. Ada yang menarik tentang pak Sugi. Aku di ajar pak Sugi 2 (atau 3 kali). Pertama di semester 4, mata kuliah KBP (kepanjangannya apa ya?). Di kuliah ini pak Sugi sangat tidak menerima mahasiswa yang telat, langsung disuruh keluar. Di akhir smeeter ada kusioner tentang mata kulaih tersebut serta pesan dan kesan. Aku nulis kira-kira begini “pak, di antara orang-orang yang telat mungkin ada yang sangat ingin kuliah, makanya mereka tetap mencoba masuk........” Intinya itulah. Ternyata di semester berikutnya beliau membolehkan yang telat untuk masuk. Wooow, berubah banget! Lawakan pak Sugi yang masih kuinget “saya ngga pernah makan siang! saya makan nasi”, hehehe. Dulu pak Sugi pernah marah, lupa karena apa. Marahnya itu ngerembet ke yang lain. Salah satu yang kena rembetannya tuh Sarwo (anak bimbingnya beliau sendiri). Sarwo tuh di bilang “kamu nih dari tadi malah nyanyi, dzolim kamu”. Padahal menurt Sarwo dia dari tidur. Hehehe, itu jadi bahan buat ledekin Sarwo.


Nah kalau pak Dahrul ini Ketua Departemen TPG sekaligus dosen mata kuliah Biokimia Pangan (Biokim). Mata kuliah yang ku ambil sampai tiga kali dan tetep dapet D. Haduuuh, nyerah deh. Sampai-sampai beliau bilang “kok kamu lagi”. Hehehe. Hukum karl marx nih. Di kesempatan yang pertama (semester 3) pas mau ujian, malemnya aku masih di Puncak. Hahahaha. Hancur deh tuh.


Setelah ketemu beliau berdua, aku ketemu mas Fahri, FEM39. Beliau nih supervisornya PPSDMS. Suaranya pelan, suka melucu juga. Aku dapet istilah James Bond dari beliau. James Bond tuh artinya jaga mesjid dan kebon. Ada-ada aja deh.


Lanjut jalan lagi ke Kedubes AS. Miftah sms dia ada di patung burung Merak, halaah di mana itu? Lagi merhatiin pita-pita kuning bergerak, eh malah ketemu mas Ibot (TPG38) dan isteri, plus mas Acank (TPG38). Pengantin baru dan satu pengganggu, hihihi, jadi dua pengganggu deh sama aku. Hehehe. Aku udah sedikit frustasi nggak liat rombongan DPC Sukmajaya. Ya udahlah bareng mereka aja, ntar pulang sendiri naek kereta. Mudah-mudahan ketemu Miftah. Oia ketemu sama Ahmad juga, Fahutan 40. tentang Ahmad, dia nih yang dulu di suruh manjat tiang listrik waktu masang atributnya SAE, calon Bupati Bogor. Setelah selesai aku bareng Ahmad jalan ke Istiqlal (kepisah juga sama mas Ibot dan mas Acang) buat sholat Ashar. Ternyata eh ternyata, ketemu Miftah. Hehehe, emang jodoh ya tah. Okey ada temen pulang. Sampai rumah, rasanya capek banget, tapi begitu denger ada pimpinan Hamas yang tewas beserta 10 orang anaknya “ya Allah, pegorbanan dan semua lelah ini belum ada apa-apanya”.
Udah ah ceritanya.


Note.
4 halaman bow. Kenapa mau nulis panjang-panjang. Karena munashoroh selalu berkesan. Munashoroh pertama (yang kuikuti) itu pas Latsar Kepanduan. Malemnya ada ta’limat agar semua yang sedang Latsar ikut ke Jakarta. Wuiih, acara pun dipotong cuma sampe malam minggu aja. Aku ngerasa selamet banget, coz rencananya hari minggu tuh yang paling berat. Padahal sabtu sore udah hampir pingsan waktu lari ngelilingin hutan jati. Hihi, save by the ta’limat. Sekitar jam 2 pagi kita turun. Hampir 3 jam kita jalan (dipotong sholat malem dan shubuh), buat nyari kendaraan ke Dermaga (di sana udah disiapin bus). Terus munashoroh-munashoroh berikutnya pas banget lagi turun. Pas munashoroh pasti kan penuh dengan semangat, ya buat charge diri lah. Pun yang kemarin, ngaji kan lagi putus dan aku rada males ngurusin. Tapi tiba-tiba ada semangat lagi, makanya hari kamis itu coba telepon mas ihsan (tapi ngga ada yang ngangkat). Langsung malemnya kirim email ke yang lama, ngasih tau kabar. Sebetulnya pernah di kasih kontak DPC Sukmajaya, tapi lupa di save dan catatan panggilan HP banyak nomor yang ga jelas. Yang mana nomor DPC aku ngga tau deh. Alhamdulillah, beres semua.


Temen nulis:
Michael Jackson-Give Thanks to Allah
Brothers-Pohon Hijau
Brothers-Teman sejati
Brothers-Untukmu Teman
Brothers-Do’a Perpisahan
Izzis-Rabithah
Izzis-Negeri yang Terlupa
Izzis-Seruan
Ar Ruhul Jadid
Shoutul Harokah-Merah saga
Shoutul Harokah-Palestina Tercinta

Tekanan

Kau kenal dengan makhluk yang satu itu? Yang mana? Itu yang sedang melangkah cepat ke arah sini? Owhhh, yang itu!


Namanya tekanan, akhir-akhir ini dia memang sering mengunjugiku. Silaturrahim katanya. Sstttt, ini sedikit rahasia, sebetulnya aku tidak terlalu suka dengan kehadirannya. Mangkanya (kata yang aneh, oleh karena itu maksudnya) dia lebih sering datang tanpa memberitahu, dari arah belakang dan tiba-tiba langsung menyergapku. Memeluk dengan erat sampai aku kesulitan bernafas lalu menangis. Kalau aku sudah menangis, dia perlahan-lahan akan melepaskan pelukannya, tapi tetap berada di dekatku. Memperhatikanku dari sudut sana dan akan tetap di sana sampai aku terlelap tidur. Kadang dia datang juga dalam mimpiku, sepertinya pelukan erat belum cukup untuk melepas kerinduannya.

Tentang Rindu

Siapa bintang terbesar di akhir tahun lalu? Kalau pertanyaan itu datang padaku, maka jawabannya adalah Rindu. Ya rindu. Rindu adalah bintang yang memukau dan mampu membuat kita terus berharap, bahkan lebih dari itu dia juga menghadirkan kepiluan. Tangis yang tak terjawab dan mungkin tanpa alasan (bagi orang lain yang melihatnya). Karena memang rindu identik dengan peran-peran kesedihan, seperti bintang lain yang identik dengan peran antagonis. Rindu juga terlalu piawai bermain disitu, memandu para penggemarnya untuk terus berharap dan tanpa sadar sebagian dari mereka kemudian menangis. Aneh sekali.


Sedikit cerita tentang rindu. Yang ku tahu rindu adalah anak tunggal cinta dan kasih sayang. Kakeknya adalah pertemuan. Namun rindu sangatlah berbeda dengan kakeknya apalagi dengan orang tuanya. Kakeknya, yang juga seorang bintang pada masanya, mampu memainkan berbagai peran. Sekalipun peran itu adalah peran ketidaksengajaan, tanpa skenario. Pada kenyataannya memang adegan tanpa skenario itulah ciri khas pertemuan. Peran itu justru mampu menghadirkan berbagai kesan bagi penggemarnya. Kemarahan, keceriaan dan kesan-kesan pertama lain yang nantinya mampu mengubah alur hidup penggemarnya. Sangat berbeda dengan rindu.


Pun bila dibandingkan dengan cinta dan kasih sayang, orang tuanya. Cinta dan kasih sayang adalah bintang pada episode-episode kebahagian. Para penggemarnya akan di bawa pada suatu tingkatan di mana hidup terasa sangat berarti bahkan sebagian dari mereka merasa memiliki dunia ini atau lebih ekstrim lagi, mereka (para penggemar cinta dan kasih sayang) menganggap sudah mencapai kenikmatan surga. Cinta dan kasih sayang akan menorehkan senyum pada wajah penggemarnya. Kalaupun ada airmata maka itu adalah air mata kebahagiaan.


Kau tahu kenapa rindu tidak mewarisi itu semua? Karena rindu tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, apalagi kakeknya. Mereka semua, bagi rindu, adalah sebuah kenangan mendalam. Rindu tidak pernah tahu bagaimana kehidupan mereka karena dia di besarkan oleh perpisahan, bintang yang masih bertalian saudara dengan kakeknya. Bintang yang selalu mengambil peran berlawanan dengan pertemuan, kakek rindu. Bintang yang selalu menghadirkan tangis. Rindu pun mengutip keahlian itu.


Satu hal yang tetap ada pada rindu sebagai suatu sifat turun temurun (pada kenyataannya mereka memang bertalian) adalah sifatnya yang tidak sombong. Rindu tidak akan pernah segan menyapa para penggemarnya, dari status sosial apapun, bahkan tukang bubur sekalipun! Seperti juga pertemuan, cinta dan kasih sayang, serta perpisahan sifat itu sangat dominan ada pada rindu. Tidak kenal ruang dan waktu.


Aku rindu kalian semua.



Finish at. 7.40. Jum’at 2 Januari 2009.


Catatan:
Ide tulisannya (pertemuan-cinta/kasih sayang-perpisahan-rindu) hadir pada 5 Oktober 2008. Sesat setelah berpisah dengan temen-temen SMA. Karena aku sadar, tahun-tahun ke depan mungkin akan sulit untuk kumpul lagi. Satu orang personil kami sudah menikah, bahkan sudah mempunyai anak. Aku membayangkan mungkin sangat menyenangkan ketika kami bertemu suatu saat nanti dengan membawa anak-anak kami. Cerita yang kami bawakan mungkin tetap sama, tapi jelas kebebasannya terbatas. Peristiwa-peristiwa setelah itu pun mengguratkan rindu dan rindu. Jadilah kini aku sedang di landa euforia kerinduan. Kerinduan pada semua hal masa lalu ku. Karena rindu takkan pernah hadir tanpa masa lalu.