Laman

Minggu, 20 Mei 2012

Warna-warni

Hari ini.. Ehmmm apa ya. Warna-warni banget. Di mulai dari berbincang-bincang dan mengamati Djuanda. Udah kaya telik sandi aja (telik sandi apa coba? kosa kata yang saya dapet dari sandiwara radio jaman dulu). Yah seru lah. Aktifitas di Djuanda disambi dengan makan pagi. Menunya bubur ayam. Huuush, untunglah ada emping jadi ada rasa pahitnya dan sate empela (makanan paling nikmat, tapi kolesterol kelewat batas hehehe). Selera makan saya pagi ini belum kembali seperti biasa, tapi sudah lumayan lah.

Karena ada permintaan untuk jadi panitia walimahan adiknya temen, jadi langsung berangkat ke Depok 1 padahal bilang ke Ibu mau pulang dulu. Tak apalah, nanti dijelaskan kalau sudah sampai rumah.

Sepanjang jalan fokus kepala ini sepertinya agak terganggu karena lagi-lagi saya harus memikirkan bagaimana cara menjelaskan keadaan dan keseriusan saya pada asteroida yang tiba-tiba melintasi orbital benak pikiran saya kurang lebih 2 bulan yang lalu (lebay dah). Sempat berpikir jangan-jangan dia jadi panitia juga dan "terpaksa" bertemu. Saya buang jauh-jauh pikiran itu dan lebih memilih untuk merencanakan sms lagi selama rapat panitia nanti.

Rencana tinggal lah rencana, tetap saja keputusan Allah yang berjalan. Ketemu di tengah jalan!!!!!! Aduuuh ga bisa gambarin perasaan saya ketika itu. Bingung, gugup, dan senang jadi satu. Ya Allah, susah kali bicara pada kaum hawa apalagi ketika cinta mulai terlibat. Bingung mau mulai dari mana dan dikepala ini rasanya cuma ada kata "saya serius" dan "bagaimana kelanjutan cerita ini".

Sempet juga ada pikiran untuk nganterin dulu, tapi pikiran itu cepat saya kalahkan "BUKAN MUHRIM". Keinginan saya, selain ibu, wanita pertama yang saya bonceng adalah istri saya. Sayangnya keinginan itu sudah terpatahkan kan 2 kali. Pertama oleh murid saya dan kedua seorang temen guru. Tapi keduanya karena terpaksa, syar'i lah alasannya.

Pembicaraan di pinggir jalan itu mungkin pembicaraan terlama yang saya lakukan dengan seorang wanita di luar urusan pekerjaan secara face to face. Sayangnya, kalimat saya seperti ga runut, entahlah dia mengerti atau tidak. Semoga tidak ada salah paham.

Setelah itu, di rumah temen sambil nunggu rapat, saya merasa gamang arrrggggh aneh lah. Ketika penjelasan garis besar acara, saya sibuk beristighfar agar bisa fokus memperhatikan penjelasan ketua panitia. Saya ga mau peristiwa setengah jam sebelumnya menjadi kenangan besar yang bisa merusak semua fokus saya.

Setelah sholat Dzuhur, sepertinya saya mulai faham kenapa rasa cinta saya tiba-tiba membesar bahkan rasanya ga siap untuk mengalah. Rasa sakitnya pasti luar biasa. Begini, menikah itu kan ibadah, bahkan nilainya luar biasa besar. Bayangkan bila keberislaman seseorang dibangun oleh Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Haji maka separuhnya adalah dengan menikah. Separuh boi, separuh agama ini. Setan pasti ga akan tinggal diam lah. Pemegang karcis neraka itu pasti akan mengganggu mulai dari mengacaukan niat, sampai menghilangkan kemauan untuk menikah.

Dus apa hubungannya dengan rasa cinta yang besar? Perasaan cinta yang besar, bisa jadi merubah niat kita. Dari karena Allah menjadi karena ingin memiliki/memperistri dambaan hati. Sant, Sant, Sant, masih inget kata-kata penghulu di pernikahan Mamat sesaat sebelum ijab kabul diucapkan? LURUSKAN NIAT . Beberapa bulan lalu, sempet nulis tentang ini kan. Huuuups.

Alhamdulillah, saya pun bisa menikmati soto buatan empunya rumah. Hmmm nikmat sekali. Dan saya pun sudah bisa memperlakukan orang-orang disekitar saya dengan benar. Yaps, mereka bukan radio butut yang cuma bersuara dan tak peduli bagaimana pendengarnya. Akhirnya bisa sedikit nimbrung dalam pembicaraan tentang pesantren Gontor. Seru juga sistem pendidikan di sana, terutama sistem punishmentnya.


===================================================================

Saya mencintai Allah, anda pun mencintai Allah dan kita menikah karena sama-sama mencintai Allah. Simple bukan. Memang dibutuhkan cinta sebagai pembuka, tapi harus pintar-pintar memanage-nya.

Cinta itu fitrah, seperti juga lapar. Lapar dipenuhi dengan makan dan dibatasi dengan berhentilah sebelum kenyang. Kalau lapar dituruti terus maka fitrah itu berubah menjadi nafsu dan nafsu itu lebih dekat pada kejahatan/kemaksiatan/dosa kecuali nafsu yang dirahmati Allah. Pemenuhan terhadap cinta? Menikah, karena dengan menikah andaikan kita menuruti terus fitrah cinta itu dia juga akan berubah menjadi nafsu, tetapi nafsu yang di rahmati Allah.

Alhamdulillah, welcome home selera makan, welcome home fokus. Berdo'a, berdo'a dan berdo'a.

Ya Rabbi, jika dia baik untuk urusan dunia dan akhirat ku, maka takdirkanlah dia untukku, mudahkanlah untukku, dan berkahilah.


Ya Rabbi, jika dia tidak baik untuk urusan dunia dan akhiratku, maka jauhkanlah dia dari ku dan berilah aku pengganti yang akan membawa kebaikan pada urusan dunia dan akhiratku. Amiin

Sesungguhnya tipu daya Setan itu lemah!!

Setelah matahari, ada bintang kecil dan sekarang asteroida.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo....