Laman

Sabtu, 08 November 2008

The Baby Face Assassin

Ole Gunnar Solskjaer bukanlah Ruud van Nistelrooy dengan torehan golnya yang segudang. Dia juga bukan striker legendaris Dennis Law yang menakutkan lawan-lawan.



Solskjaer juga bukan George Best yang flamboyan. Juga tidak seperti Sir Bobby Robson yang selalu dikenang sebagai salah satu pemain terbaik Manchester United sepanjang masa. Ole juga tidak sangar seperti Eric Cantona. Ia juga bukan seperti Mark Hughes, Andy Cole atau Dwight Yorke yang namanya lebih mengilap.



Solskjaer hanyalah pemain biasa yang bersahaja. Fisiknya tidak terlalu tinggi untuk orang dari Skandinavia. Perawakannya tidak sekokoh Wayne Rooney. Wajahnya malah imut. Julukan Baby Face Assassin pun melekat padanya.



Tidak banyak yang diingat dari para penggila bola mengenai lelaki yang lahir di Kristiansund, Norwegia pada 26 Februari 1973 itu kecuali golnya di menit-menit terakhir pada final Liga Champions 1998/1999 melawan Bayern Muenchen di Stadion Nou Camp, Barcelona. 120 detik penuh kenangan bagi penggila Man United si seluruh dunia. Momen yang membuat pemain senior Bayern, Lothar Matthaeus menitikkan air mata lantaran kemenangan di depan mata terhapus oleh gol Solskjaer dan Sheringham.



Meski membawa Man United menjadi raja Eropa dan Inggris lewat gelar treble-nya, Ole tetap tidak beranjak dari bangku cadangan “Setan Merah”. Ia adalah penghuni tetap dan setia bangku cadangan Man United. Striker datang dan berganti mulai dari Cantona, Cole, Yorke, van Nistelrooy, Diego Forlan, Louis Saha, hingga Wayne Rooney, tetapi Solskjaer adalah back up untuk semua nama-nama itu.



Hebatnya tidak ada rasa kesal terpatri dalam hatinya. Ole tetap bermain sepenuh hati meski ia harus turun menjadi pengganti. Kariernya di Man United memang dihabiskan dari bangku cadangan!



Namun jangan sebelah mata melihat kiprah Solskjaer. Sebelas tahun dihabiskan dengan memakai kaus merah kebanggaan Old Trafford, Ole mencetak 126 gol dalam 366 pertandingan di berbagai ajang. Rekor yang tidak buruk untuk orang yang selalu menjadi pengganti. Ingat juga kalau dia pernah mencetak 4 gol dalam 12 menit ketika Man United membantai Nottingham Forrest 8-1. Seperti biasa, Solskjaer datang sebagai pengganti.



Julukan Super Sub melekat pada diri Ole Gunnar Solskjaer, tetapi dia tidak pernah senewen dengan Sir Alex Ferguson yang selalu menaruhnya di bangku cadangan. Begitu juga saat Sir Alex memplotnya sebagai back up David Beckham sebagai winger di sektor kanan atau menjadi gelandang, Ole tetap bermain dengan semangat yang tinggi dan membantu Man United menambah koleksi di lemari trofinya.



Sepanjang kariernya banyak tawaran yang datang kepada Solskjaer, tetapi dia menampiknya dan lebih menyukai menghabiskan karier di Man United. Perilaku dan loyalitas Ole kelak akan berbuah manis kepadanya.



Musim 2003/2004, cedera mulai mendera meski Solskjaer masih sempat bermain di final Piala FA dan membawa MU juara. Musim berikutnya setelah operasi lutut, Solskjaer menghilang dari peredaran. Namun, Sir Alex tetap setia menanti kesembuhannya. Begitu juga dengan pendukung fanatik “Setan Merah” yang tiada lelah menunggu Ole bugar dan kembali beraksi.



Saat Solskjaer kembali ke lapangan, ia menunjukkan kualitasnya sebagai penyerang yang bisa diandalkan dari bangku cadangan. 23 Agustus 2006, Ole mencetak gol ke gawang Charlton Athletic. Gol pertama setelah “puasa” sejak April 2003. Hanya saja cedera lutut terus menghantuinya. Agustus 2007, Solskjaer memutuskan gantung sepatu.



Loyalitas Ole memang tidak perlu diragukan lagi. Ia tidak ngambek saat selalu dibangkucadangkan seperti van Nistelrooy. Ia tidak perlu mengecap dirinya budak seperti Cristiano Ronaldo. Ole tetap profesinal. Kesetiaan yang selalu diingat oleh pendukung “Setan Merah”.



Karena itu pula, lagu tentang Solskjaer selalu berkumandang di Theater of Dream Old Trafford. Tidak banyak lagu tentang legenda yang selalu dinyanyikan oleh fans. Nomor 20 miliknya juga pernah diusulkan untuk tidak lagi dipakai sebagai penghormatan baginya.



Hanya satu sesal yang pernah terlontar dari mulut Ole. Putranya, Noah, malah mengidolakan Wayne Rooney! Ole bercanda kalau putranya tidak menyadari kalau ayahnya juga seorang striker. Sebuah pertandingan testimonial digelar Man United pada awal Agustus 2008 ini untuk menghormati kontribusi Ole yang kini menjabat manajer tim reserve “Setan Merah”. Laga kontra klub La Liga, Spanyol itu berkesudahan 1-0 untuk Man United.



Hebatnya, penonton yang memadati Old Trafford mencapai 68 ribu orang, sebuah rekor untuk laga penghormatan. Hal yang sejatinya tidak mengherankan lantaran banyak penggemar Man United sangat menghormatinya.


You are my Solskjaer,
My only Solskjaer,
You make me happy when games are grey,
and when it’s boring,
You just keep scoring,
So please don’t take my Solskjaer away.


Ya, jangan pernah ambil Solskjaer milik kami! Kata-kata itu akan selalu berkumandang di stadion megah milik “Setan Merah” meski Ole telah pensiun.




By : Dodiek Adyttya Dwiwanto
Jurnal Nasional, Kamis 7 Agustus 2008.

1 komentar:

Monggo....