Laman

Kamis, 15 November 2012

satu per dua


Aku membuka sangkar ini pertama kali 15 tahun yang lalu. Bukan dengan sebuah kesengajaan, tapi tiba-tiba saja terbuka. Dan seekor meraklah yang pertama kali berada di dalamnya. Kamu tahukan merak? Sebagian orang menganggapnya burung yang paling indah. Terutama ketika ekornya mengembang maka akan terlihat warna-warna berkilauan. Seperti itulah merak yang dulu menempati sangkar ini. Kilau warnanya benar-benar menyilaukan. Merak pun pergi, karena aku tak tahu bagaimana merawatnya dan sangkarku bukanlah tempat yang diidamkannya.

Kepergian merak juga lantaran aku tak pernah melihat-lihatnya lagi. Sampai tiba-tiba sangkarku kembali terisi. Kali ini dengan sedikit kesengajaan. Ketika seorang kawan bercerita tentang keunikan perkutut ditambah dengan suaranya yang merdu. Aku pun jadi sering mengamatinya. Tanpa terasa perkutut itu sudah berada di dalam sangkarku. Hilang sudah keindahan merak, berganti merdunya kicauan perkutut.

 Kalau merak bisa bertahan 3 tahun di dalam sangkarku, tidak begitu dengan perkutut. Hanya dalam hitungan bulan sikapku mulai berubah, perkutut terlalu banyak berkicau sehingga mengundang orang lain untuk mengomentari sangkarku. Aku harus segera melepaskannya dan dengan penuh kesadaran aku tidak menyukai sikapnya.

Sangkarku pun kosong. Aku kecewa dengan kicauan perkutut. Sangat kecewa, tapi tiba-tiba seekor kakaktua datang membawakan makanan dengan paruhnya. Alangkah baiknya kakaktua ini. Kesan pertama itu menjadi awal keberanianku memelihara spesies ini. Andai aku tak ingat dengan prinsip merak, nyaris saja aku mengumumkan pada semua orang akulah pemilik kakaktua ini. Semuanya pun jadi menggantung. Dan aku sadar, kakaktua hanyalah pelarian dari rasa kecewa pada perkutut. Maaf....

Tahun pun berganti hingga datang seekor nuri. Cantik sekali dengan kuning yang dominan. Aku rangkai semua mimpi indah padanya. Sayang ketika kesempatan untuk membuatnya jadi penghuni tetap sangkarku datang, aku malah melepaskannya. Hancur mimpiku, aku sendiri yang menghancurkannya. Hidup seperti tanpa arah setelah itu.

Dalam kebingungan itulah kenari kecil itu datang. Aku pernah melihat kenari ini beberapa tahun silam. Ketika itu dia belum tumbuh seperti sekarang. Merdu suaranya, elok nian warnanya. Ungu dominan.. Upss tunggu sebentar... Ternyata kenari kecil ini hanya memiliki separuh sayap. Teman-teman mulai mempertanyakan keputusan anehku memelihara kenari separuh sayap. Dalam beberapa kesempatan ingin rasanya melepaskan kenariku ke alam bebas agar ia menemukan separuh sayapnya yang lain. Karena dengan sayap utuhnya dia akan jauh lebih menarik. Kadang juga dalam kesempatan yang lain aku ingin membelikannya sayap buatan, tapi aku tak sanggup.

Keputusanku sudah bulat, aku akan memeliharanya. Sambil berharap separuh sayapnya kembali tumbuh seperti sedia kala...

Note:
1. Sangkarku bukan sangkar emas. Hanya sangkar kecil biasa. Terlalu biasa malah....
2. Mungkin ini cara Allah untuk meluruskan niatku agar hanya untuk beribadah kepada-Mu.



30 days to go


3 komentar:

  1. Jadi judul lagunya "I'm flying without wing" (westlife)

    BalasHapus
  2. Owh ada komen toh. Baru liat.. Aku yakin km akan tetap terbang tinggi, bermanuver indah d udara sana. I will support you

    BalasHapus
  3. Owh ada komen toh. Baru liat.. Aku yakin km akan tetap terbang tinggi, bermanuver indah d udara sana. I will support you

    BalasHapus

Monggo....