Laman

Minggu, 04 Januari 2009

Duka yang Tenang

Hari pertama di tahun 2009.
Siang itu sebuah keyakinan tiba-tiba pecah berantakan. Aku tidak diterima bekerja. Ini bukan kali pertama, tapi entah kenapa aku merasa sangat menyakitkan. Mungkin karena aku sangat yakin bisa di terima di sana. Betapa tidak, 2 kali test, aku merasa selalu di tolong oleh Allah makanya keyakinan sampai pada titik tertinggi.


Siang itu aku menangis, sedih sekali rasanya. Hampir 1 jam aku menangis. Aku terus menghibur diri sendiri dengan semua kata-kata penyemangat yang kupunya. Apa lacur, air mataku tak mau mengering, dadaku rasanya sakit sekali. Menyakitkan, sangat menyakitkan. Semangatku sepertinya akan lumpuh lagi. Sampai kata-kata ini keluar:

“San, ini adalah sebuah pelajaran untuk kita. Agar kita lebih siap untuk kehilangan sesuatu yang lebih besar lagi”

Cobaan ini tidak seberapa di banding muslim Palestina, bukan?!



Hari kedua di tahun 2009.
Laksana kabut yang terus memudar karena cahaya matahari. Setiap arah kini terlihat. Hari ini pun aku merasakannya. Kemarin-kemarin pandanganku sepertinya sangat sempit. Munashoroh betul-betul membuka mataku pada keluasan makna itu.



Hari keempat di tahun 2009.
Dugaan ku tepat, tepat sekali. Aku tak ingin menangis karenanya. Aku tak ingin sakit karenanya. Tangis dan sakitku lebih pantas untuk Ar-Rayyan dan 10 orang anaknya, untuk Palestina. Hari ini aku menghadapinya dengan tenang, dengan sedikit menghela nafas. Kuhembuskan dengan perlahan bersamaan dengan semua perasaan itu. Karena aku tak pernah tahu mana yang terbaik untukku sampai aku menjalaninya. Karena rahasia Allah bukan untuk diterka, terima dan jalani dengan ikhlas karena Dia tahu yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Untuk sebuah kelapangan jiwa, berdukalah dengan tenang.


Duka ini,
Adalah duka yang tenang
Sepenuh kesungguhan
Aku menutup sepenggal episode kebersamaan
Sepenuh kesadaran
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan
Sepenuh jiwa
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam
Sepenuh keyakinan aku mengantarnya pergi
Dari jalan panjang hidupku ke depan

Aku berduka dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
Kehilangan ini adalah wajar adanya
Atas kepastian
Proses hidup memang demikian jalannya
Atas kepercayaan,
esok kan datang yang lainnya:
aku berduka dalam tenang
(azimah rahayu)

Aku bersyukur pada Mu ya Allah, karena jarak antara pelajaran dan ujian itu sangatlah pendek. Aku masih mengingat semuanya dengan sangat baik.

Karena hidup akan terus berjalan.

1 komentar:

  1. Memang, berduka dalam tenang akan membawa qt pd kehusyukan memaknai kehidupan.
    Semangat !!!

    BalasHapus

Monggo....